Songsong Indonesia Emas 2045, Menko Muhadjir Effendy Targetkan Pembangunan Manusia 

394

Enam Fase Siklus PMK sebagai Tolok Ukur

Menko PMK mengutarakan ada enam fase Siklus PMK. Pertama, fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan balita. Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, Batita, dan Balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting).

Kedua, fase usia dini anak. Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.

Baca juga: Peduli Perkembangan Kemaritiman Indonesia, Sultan HB X Raih Maritime Awards 2022

“Fase ketiga ini kita namakan Wajib Belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter. Namun kita tahu, pencapaian wajib belajar 12 tahun ini masih terkendala dengan belum maksimalnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) seperti yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024 di mana APK SMP atau sederajat menjadi 95,43 persen tahun 2024 dan APK SMA 84,02 persen,” papar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Menko PMK Muhadjir Effendy berdialog dan mendengarkan keluh kesah para korban gempa di Cianjur, Jawa Barat. Foto: Instagram @muhadjir_effendy
Menko PMK Muhadjir Effendy berdialog dan mendengarkan keluh kesah para korban gempa di Cianjur, Jawa Barat. Foto: Instagram @muhadjir_effendy

Fase keempat yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing SDM. Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030 mendatang.

Untuk mencapai target dimaksud, berbagai strategi telah dilakukan pemerintah, diantaranya, meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan tinggi, menguatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan, serta meningkatkan sinergitas antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Berikutnya, kelima, fase produktif adalah fase manusia memasuki dunia kerja, membangun keluarga berkualitas. Persoalannya, saat ini masih banyak tantangan yang dihadapi seperti minimnya serapan tenaga kerja akibat menuntut kompetensi yang tinggi termasuk kemampuan berbahasa inggris dan penguasaan teknologi informatika (TI).

Baca juga: Sri Sultan HB X: Untuk Wujudkan Poros Maritim Dunia, Indonesia Perlu Empat Kekuatan Ini

“Pada fase ini, pemerintah memiliki PR besar yaitu menyiapkan generasi selanjutnya dalam membangun keluarga. Oleh karena itu, kita sudah mulai melakukan terobosan melalui pembekalan bagi calon pengantin (Catin) lewat program bimbingan pranikah. Harapannya, upaya itu juga akan berdampak pada berkurangnya angka bayi berat lahir rendah (BBLR) yang berisiko stunting,” ungkap Muhadjir.

Fase keenam atau yang terakhir yaitu fase lanjut usia. Diharapkan, pada fase ini bisa diwujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, dan bermartabat. Mantan Mendikbud ini menilai, hal itu bisa dimulai dengan gaya hidup sehat dan olahraga secara teratur sebagaimana anjuran pada program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Namun demikian, selain program Germas, kata Menko PMK, keenam fase Siklus PMK dikuatkan juga oleh program dukungan lainnya, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Bantuan Sosial (Bansos), Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, Penanggulangan Bencana, Disabilitas serta Germas itu sendiri.

Menko PMK Muhadjir Effendy turut memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, Batita, dan Balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting). Foto: Instagram @muhadjir_effendy
Menko PMK Muhadjir Effendy turut memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, Batita, dan Balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting). Foto: Instagram @muhadjir_effendy

“Keenam program dukungan tersebut akan menguatkan dan mempercepat tercapainya target pembangunan bidang PMK. Dengan kolaborasi dan sinergi seluruh kementerian dan lembaga, daerah, dan mitra pembangunan, saya yakin capaian pembangunan bidang PMK akan terus meningkat dan membawa Indonesia menjadi lebih maju ke depannya,” tegas Menko PMK.

Baca juga: Bikin Investasi Jalan Tol Menarik, Danang Parikesit Wujudkan TIM BPJT

Menurut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut, pendidikan sangat penting untuk memastikan usia produktif dan bonus demografi itu dapat dikelola dengan baik. Jika tidak akan menjadi persoalan sehingga ini menjadi tugas bersama, pemerintah tidak bisa menangani sendiri harus melibatkan peran swasta dan masyarakat. Pemerintah harus bisa menggandeng semuanya dengan berkolaborasi.

Keenam fase siklus tersebut sangat penting dalam pembangunan manusia dan kebudayaan. Harapannya Indonesia Emas 2045 bisa tercapai. “Artinya jika sudah menjadi mindset akan menjadi budaya lalu menjadi.karakter masyarakat Indonesia. yang perlu kita bangun adalah etos kerjanya jadi ada hubungannya antara pembangunan karakter dengan pembangunan manusia,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menko PMK menyampaikan acuan kerja RPJMN Kemenko PMK termasuk prioritas nasional yaitu Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Apabila dilihat dari cakupannya, GNRM ini menyangkut semua kementerian dan lembaga yang sasarannya adalah meningkatkan tata nilai khususnya etos kerja, gotong royong dan integritas karena Indonesia merupakan negara yang sangat beruntung mempunyai bonus demografi. Dengan adanya bonus demografi maka cita-citanya adalah mencapai Indonesia Emas 2045.

“Cita-cita ini bisa tercapai apabila tiga hal tersebut ditingkatkan. Namun sayangnya, kita ini masih banyak kelemahan seperti etos kerja Indonesia yang tidak sebagus negara lain. Indonesia sendiri belum kompak padahal inovasi atau membuat sesuatu yang baru tetapi belum ada aturannya. Dengan adanya Indonesia Emas harapannya bisa meningkatkan tiga tata nilai tersebut,” ungkapnya.

Baca juga: Hasto Wardoyo Rebranding BKKBN Baru, Lebih Fresh, dan Kian Keren

Sosok berusia 62 tahun kelahiran Madiun, Jawa Timur ini menyebut program besarnya tidak lain adalah Trisakti, yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan.