Transtoto: 60 Tahun Fakultas Kehutanan UGM, saatnya Perlu Introspeksi

227
Dr. Transtoto Handadhari mengingatkan, kampus kehutanan harus mampu membangun patriotisme rimbawan yang cinta hutan dan tahan hidup sederhana. Foto: Dok. Pribadi
Dr. Transtoto Handadhari mengingatkan, kampus kehutanan harus mampu membangun patriotisme rimbawan yang cinta hutan dan tahan hidup sederhana. Foto: Dok. Pribadi

KAGAMA.CO, JAKARTA – Hari Jumat, 20 Oktober 2023, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) mencatatkan diri berusia 60 tahun.

Usia yang tidak muda sebuah kampus rimbawan dengan prestasi utamanya keberhasilan pembangunan tanah kritis hutan Wanagama yang dirintis oleh Almarhum Profesor Soedarwono Hardjosoediro dan Almarhum Profesor Oemi Hani’in (1960-an).

Fakultas Kehutanan UGM disamping memiliki andil berkembangnya pengelolaan hutan Perum Perhutani di Jawa namun juga menggunakannya sebagai kampus lapangan mahasiswa-mahasiswanya, bersama mahasiswa kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), dan hampir seluruh mahasiswa Rimbawan se Indonesia.

Praktik-praktik lapangan mahasiswa kehutanan khususnya eksploitasi hutan juga dilanjutkan di hutan rimba di luar Jawa.

Baca juga: Transtoto: Emil Salim Diapresiasi Karena Tolak Penghargaan, Tapi Tetap Layak Dapat Penghargaan sebagai Pejuang Lingkungan Hidup

Meskipun istitusi pendidikan yang bekerja sama dengan perusahaan HPH tidak selalu memberi pelajaran yang baik dalam pengelolaan hutan lestari.

Institusi pendidikan kehutanan di Yogyakarta tersebut juga mampu menjadikan alumnusnya menjadi Presiden RI dan puluhan menteri dan pemimpin tangguh kehutanan.

Namun besarnya kerusakan hutan serta memburuknya akhlak hampir seluruh karyawan kehutanan.

Bahkan kemampuan akademisi di lapangan, berakibat “legenda” kejayaan Perhutani akhir-akhir ini terasa menurun tajam.

Baca juga: Transtoto: Sangat Sulit Menarik Rimbawan Berpolitik Sebab Biayanya Mahal

“Apakah itu ada kaitannya dengan turunnya pamor kemampuan rimbawan lapangan setelah turunnya gairah mengelola hutan karena hutan sudah habis?”

“Kerusakan hutan sekitar 60 juta hektare serta rusaknya hutan jati di Jawa akibat ketergesa-gesaan kebijakan 2022 membuat minat memuliakan hutan terus berkurang,” ujar Dr. Transtoto Handadhari dalam keterangan persnya, Kamis (19/10/2023).