KAGAMA Marching Band Ajak Mahasiswa Siapkan Soft Skill Hadapi Era Revolusi Industri 4.0

829
Ketua KAGAMA Marching Band, Adiet mengatakan soft skill cukup aplikatif untuk semua macam pekerjaan dan posisi. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Sebagai bentuk kegiatan bakti almamater, Komunitas KAGAMA Marching Band menyelenggarakan kegiatan pengembangan diri mahasiswa UGM.

Kegiatan itu diwujudkan dalam bentuk kuliah umum di berbagai fakultas.

Kali ini, Komunitas KAGAMA Marching Band menggelar Kuliah Umum untuk mahasiswa Fakultas Filsafat dengan tema Sharpen Your Soft Skills To Be The Winner, yang sekaligus menjadi kegiatan dari #1 The Philosophy Innovative Skills Fakultas Filsafat UGM, pada Senin (11/11/2019).

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Filsafat UGM Dr. rr. Siti Murtiningsih, menyambut baik kegiatan ini.

Kuliah umum pengembangan diri menjadi bagian dari harapan Fakultas Filsafat agar mahasiswanya mampu menyongsong Revolusi Industri 4.0.

Salah satu yang bisa dilakukan yaitu mengembangkan skill di luar akademik.

“Di sini kita sharing pengalaman, supaya teman-teman mahasiswa mantap melangkahkan kaki di Fakultas Filsafat. Semoga dengan sharing ini bisa membawa atmosfer dan semangat baru. Jadi, ketika menjelang lulus nanti, mahasiswa sudah bersiap dan situasi jelang kelulusan itu tidak jadi persoalan lagi,” tutur Murti dalam sambutannya.

Kuliah Umum untuk mahasiswa Fakultas Filsafat dengan tema Sharpen Your Soft Skills To Be The Winner. Foto: Kinanthi
Kuliah Umum untuk mahasiswa Fakultas Filsafat dengan tema Sharpen Your Soft Skills To Be The Winner. Foto: Kinanthi

Baca juga: Wayang Melakonkan Identitas Diri Penggemarnya

Murti kemudian menambahkan, penting bagi mahasiswa untuk memiliki gambaran tentang dunia kerja, yang itu berbeda dengan situasi akademik. Harapannya dengan kuliah umum ini mahasiswa tidak lagi kaget saat menghadapi situasi kerja di masa depan.

Founder ETIKA Executive Search and HC Consulting sekaligus Ketua Komunitas KAGAMA Marching Band, Adiet Gunawan sebagai pembicara utama kuliah umum menjelaskan, setelah jadi sarjana semua orang biasanya bakal langsung bekerja atau lanjut studi.

Tetapi, jika lanjut studi, akhirnya di ujung juga mencari kerja.

Mengutip data BPS tahun 2019, Adiet mengatakan, ada kenaikan jumlah pengangguran untuk sarjana hingga 25 persen.

Data tersebut diambil dari bulan Februari 2017-2019. Selama dua tahun itu, angka pengangguran sarjana terus meningkat.

“Hal ini terjadi karena tingkat pertumbuhan perekonomian suatu negara rendah, berefek pada ketersediaan lapangan kerja. Pasokan tenaga kerja yang banyak tidak tertampung. Kemudian ada calon tenaga kerja yang overqualified skill,” jelas alumnus Fakultas Hukum UGM angkatan 1990 itu.

Faktor penyebab pengangguran lainnya di level makro yaitu banyaknya sarjana sosial.

Baca juga: Saat Musim Hujan, Jaga Kondisi Tubuh dengan Makanan Ini