Gunung Merapi dan Virus Corona, Tanda Kedatangan Sabdo Palon dan Naya Genggong?

27719

Baca juga: Makanan yang Dianjurkan untuk Tingkatkan Kekebalan Tubuh

Menurut Purwadi, Sabdo Palon dan Naya Genggong juga melestarikan tradisi Upacara Sarada yang populer sejak Majapahit dipimpin oleh raja keempatnya, Hayamwuruk.

Purwadi mengatakan, Sabdo Palon dan Naya Genggong melakukan Upacara Sarada di Lumajang.

Mereka melakukan hal itu tak lain untuk mencegah pageblug (wabah) yang terjadi di kawasan Gunung Semeru dan Gunung Bromo.

Tak hanya itu, agar alam selaras, tindakan spiritual tolak balak juga digelar di Alas Purwo, Blambangan (sekarang Banyuwangi).

Atas tindakan yang dilakukan Sabdo Palon dan Naya Genggong, masyarakat sekitar Gunung Ijen pun ikut merasakan suasana aman damai.

“Tiap tiba pisowanan agung (pertanggung jawaban kepala daerah kepada raja) di Kerajaan Mahapahit, mereka pasti caos glondhong pengareng areng (memberikan persembahan),” kata Purwadi.

Peni-peni raja peni (upeti perhiasan), guru bakal guru dadi (bahan mentah maupun barang jadi), emas picis rajabrana (emas dan harta benda lain),” jelasnya.

 

Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Bupati Teluk Bintuni Alumnus UGM Batasi Operasional Pasar

Dikatakan Purwadi, kala itu Majapahit mengalami masa yang jaya.

Namun, di tengah kejayaan itu, Sabdo Palon dan Naya Genggong tiba-tiba saja kecewa.

Mereka berdua merasa nelangsa hingga akhirnya melakukan muksa.

Kepergian mereka ditandai dengan lenyapnya riwayat Kerajaan Majapahit pada 1520.

“Mereka berdua bersumpah setelah 500 tahun kemudian akan menjelma turun di bumi,” kata Purwadi.

Membaca situasi pada awal 2020, Purwadi bertutur, tahun ini adalah titik balik buat kebangkitan Nusantara.

Pasalnya, Sabdo Palon dan Naya Genggong bakal hadir untuk membantu masyarakat yang terkena pageblug mayangkara (wabah penyakit).

“Wabah Corona sirna, gunung meletus membawa kemakmuran,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Peringati 70 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Tiongkok Rilis Prangko