Keterbatasan Fisik Tak Halangi Aulia untuk Kuliah di UGM

528
Secara simbolis Aulia Rachmi Kurnia menerima jaket mahasiswa dari Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D. Foto: Firsto
Secara simbolis Aulia Rachmi Kurnia menerima jaket mahasiswa dari Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D. Foto: Firsto

KAGAMA.CO, BULKSUMUR – Menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi adalah hak setiap orang.

Tak terkecuali bagi Aulia Rachmi Kurnia, penyandang tunanetra yang berhasil diterima di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada ( FIB UGM).

Meski memiliki keterbatasan fisik, kondisi tersebut tak lantas menghalangi Aulia dalam menggapai asa dan pendidikan setinggi mungkin.

Aulia merupakan salah satu dari ribuan mahasiswa yang baru saja diterima masuk UGM pada tahun ajaran 2022/2023.

Baca juga: Pakar Farmasi UGM Jelaskan Soal Paracetamol Bervirus

Perjuangannya menjalani pendidikan dari tingkat dasar hingga masuk UGM bukanlah hal yang mudah.

Terlebih dengan kondisi fisiknya yang berbeda dengan remaja lain pada umumnya.

Aulia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Muhammad Syukur (53) dan Mira Susanti (45) asal Jakarta.

Puteri buruh pabrik kayu ini tidak mengalami kebutaan sejak lahir.

Baca juga: Psikolog UGM Jelaskan Penyebab Anarkisme Suporter Bola

“Saya mulai tidak bisa melihat itu sejak kelas 2 SD,” ungkapnya saat ditemui usai mengikuti upacara penerimaan mahasiswa baru UGM di Lapangan GSP UGM, Senin (1/8/2022).

Ia menceritakan kebutaan yang dideritanya bermula saat usia lima tahun.

Kala itu ia mengalami demam yang cukup tinggi dan ada kesalahan dalam pemberian obat yang mengakibatkan kehilangan kesadaran selama tiga minggu.

Begitu tersadar, pengelihatannya sudah tidak bisa berfungsi optimal, semuanya terlihat kabur.

Baca juga: Jakob Oetama Meninggalkan Warisan Penting dalam Dunia Jurnalistik

Kondisi tersebut terus berlangsung hingga Aulia duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar mulai kehilangan pengelihatan pada salah satu matanya.

Kondisi tak kunjung membaik dan hingga akhirnya ia kehilangan pengelihatannya secara total setahun kemudian.

“Saat tidak bisa melihat saya tidak merasa gimana-gimana, seperti anak kecil pada umumnya, tetap bermain.”

“Bahkan naik sepeda karena gak bisa gowes ya pakai kaki aja,” kata gadis kelahiran Jakarta 17 Desember 1998 ini.

Baca juga: Peran Media Sosial dalam Demokrasi Indonesia

Karena kondisinya yang sudah tidak bisa melihat lagi, keluarga pada akhirnya memutuskan untuk Aulia berhenti sekolah terlebih dahulu.