Jalan Didik Purbadi Temukan Jati Diri di UGM

2408

Baca juga: Terobosan Menteri Basuki Tanggulangi Abrasi Pantai

Yakni saat dia ditetapkan sebagai mahasiswa teladan oleh Rektor Sukanto Rekso pada 1993.

Hanya saja, timbul pertanyaan mengapa pada akhirnya Didik lulus pada tahun ketujuh.

Akan tetapi, bukan Marching Band yang membuat Didik lulus lama.

“Saya belum siap lulus. Sebetulnya Saya berdosa sama orang tua karena tak kunjung selesai waktu itu,” katanya mengakui.

Waktu-waktu yang dilewati Didik dalam masa ketidaksiapan untuk lulus ternyata merupakan momen pencarian jati diri.

Selain juga bekerja sebagai peneliti di Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Nasional UGM,  Didik berkeliling ke pesantren-pesantren di berbagai daerah, termasuk yang ada di Jogja seperti pesantren di Krapyak.

Baca juga: Di Bawah Kepemimpinan Alumni UGM, Pemkab Kutai Timur Pertahankan Penghargaan Ini Empat Kali Berturut-turut

“Saya dulu ngaji dan belajar. Itu yang sebenarnya bikin Saya baru selesai tujuh tahun,” tuturnya.

“Dari kecil ya harus sudah mengaji. Semakin lama kita akan menemui jati diri,” terangnya.

Didik menilai lulusan UGM tidak boleh melulu memikirkan hal-hal yang lahiriah, tetapi juga soal batiniah.

Bekal mengaji di pesantren diakui Didik juga menjadi pegangan lantaran waktu  itu sudah marak bermunculan gerakan dengan ideologi menyimpang.

“Saya berhati-hati dan mengingatkan teman-teman Saya. Kalau bisa kita selamatkan,” kenang Didik. (Tsalis)

Baca juga: Sebuah Penelitian Ungkap Solusi Atasi Stunting di Indonesia