Jalan Didik Purbadi Temukan Jati Diri di UGM

2408

Baca juga: Lowkol, Inovasi Susu Probiotik Penurun Kolesterol Karya UGM

“Jadi Saya tiga tahun setengah sudah KKN dan hampir selesai,” terangnya.

Didik mengaku, hal yang membuat proses perkuliahnya cepat adalah strategi pengambilan 24 SKS tiap semester.

Strategi yang demikian mungkin saja bisa diambil oleh siapa pun dengan waktu luang.

Namun, kasus Didik adalah pengecualian karena waktu yang dia miliki cukup padat dengan sederet aktivitas di Marching Band UGM.

Didik memutuskan bergabung dengan Marching Band (dulu Drum Band) UGM pada 1991.

“Di kegiatan kuliah Saya banyak praktikum, tapi Saya ingin menyalurkan hobi di bidang musik,” ucap Didik.

“Nah, kemudian Saya lihat dan pilah-pilih. Setelah melihat Marching Band, kok kelihatannya asyik.”

Bukan Marching Band yang membuat Didik lulus lama. Foto: Istimewa
Bukan Marching Band yang membuat Didik lulus lama. Foto: Istimewa

Baca juga: KAFEGAMA NTB Launching 2 Startup Binaan untuk Tantang Era Ekonomi Digital

“Ternyata disiplinnya malah lebih keras, latihannya keras, dan kerjanya luar biasa,” terangnya.

Bergabung dengan Marching Band membuat Didik harus pintar-pintar mengatur waktu.

Lebih-lebih ketika Marching Band UGM akan mengikuti perhelatan, dia dan teman-temannya mesti berlatih di Akmil (Akademi Militer) Magelang atau di Angkatan Udara Adisutjipto Jogja.

Didik, yang awalnya kaget dengan budaya Marching Band, semakin menyatu dengan perkumpulannya itu.

Puncaknya terjadi ketika dia terpilih sebagai ketua pada 1992.

Pada tahun itu juga, Didik membawa Marching Band UGM mentas di Istana Negara kala peringatan 17 Agustus.

Keberhasilan Didik menjalani kuliah dan aktivitas di Marching Band UGM dengan tidak setengah-setengah diganjar dengan piagam.

Baca juga: Tim KKN-PPM UGM Gelar Acara untuk Siapkan Samboja sebaga Ibu Kota Indonesia