Wayang Potehi, Seni dari Tiongkok yang Dipentaskan Hingga ke Pondok Pesantren

603

Baca juga: Ekandari Sulistyaningsih Bagikan Tips agar Canthelan Berumur Panjang

Kini, Toni juga membangun museum Wayang Potehi di sisi timur Kelenteng Hong San Kiong.

Dalam kesempatan ini, Toni juga membawa temannya, Widodo Santoso, seorang Jawa yang menjadi dalang Wayang Potehi di Gudo, Jombang.

Orang tentu akan bertanya-tanya mengapa Widodo yang beretnis Jawa tertarik melestarikan Wayang Potehi?

Widodo pun bercerita, awalnya dia melihat bahwa di setiap kelenteng di sekitar lingkungannya selalu menggelar pentas Wayang Potehi.

Pentas Wayang Potehi digunakan untuk mengisi acara ritual keagamaan. Kebetulan, rumah Widodo berdekatan dengan kelenteng.

Baca juga: Pernak-pernik yang Dipakai dalam Busana Pengantin ala Keraton Surakarta

“Saat itu memang kurang sarana hiburan. Jadi setiap tahun saat ada pentas Wayang Potehi, saya selalu menonton,” kata Widodo.

“Dari situ saya melakukan pendekatan kepada para pemain Potehi yang merupakan warga keturunan. Akhirnya saya diajari bermain Wayang Potehi,” kisahnya.

Hanya, setelah beberapa waktu bergabung dengan perkumpulan pegiat Wayang Potehi, kegiatan Widodo dan kawan-kawannya sempat tersendat-sendat.

Alasannya, era orde baru saat itu membatasi ekspresi berbudaya, terutama kebudayaan yang asalnya dari Tiongkok.

Walau begitu, Widodo mengaku tetap bersemangat dan berkarya untuk melestarikan Wayang Potehi.

Baca juga: Ini Pasal di UU Cipta Kerja yang Bertentangan dengan Dunia Pendidikan