Sumbangsih Pemikiran Warga KAGAMA untuk Wujudkan Indonesia 4.0 pada Aspek Keberlanjutan dan Energi

296
PPI Australia belum lama ini membedah buku Mewujudkan Indonesia 4.0. Tiga penulis di antaranya merupakan warga KAGAMA. Foto: Ist
PPI Australia belum lama ini membedah buku Mewujudkan Indonesia 4.0. Tiga penulis di antaranya merupakan warga KAGAMA. Foto: Ist

KAGAMA.CO, CANBERRA – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra dan Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) menggelar webinar pada Kamis (24/9/2020).

Bahasan yang diangkat dalam webinar ini adalah aspek keberlanjutan dan energi yang berkaitan dengan persiapan Indonesia untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Webinar digelar bersamaan dengan bedah buku Mewujudkan Indonesia 4.0 – Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia di Australia.

Sesi bedah buku dipaparkan oleh Welhelmus Poek, S.Pt., M.IntlDev dan Arriyadhul Qolbi, S.T., IPM, M. EngSys.

Buku tersebut berisi bunga rampai pemikiran para cendekiawan muda Indonesia yang menuntut ilmu di berbagai universitas di Australia.

Baca juga: Wayang Potehi, Seni dari Tiongkok yang Dipentaskan Hingga ke Pondok Pesantren

Ada 34 penulis yang menyumbangkan pemikirannya. Tiga orang di antaranya adalah warga KAGAMA, yakni Wasisto Raharjo Jati (Politik Pemerintahan UGM 2008), M. Nabil Faradis (Teknik Mesin UGM 2012), dan Haryo Bismantara (Kedokteran UGM 2009). Mereka bertiga bertindak sebagai editor dan koordinator.

Buku Mewujudkan Indonesia 4.0 terdiri atas tujuh bab yang membahas; Ekonomi, Industri dan Investasi (I), Teknologi dan Inovasi (II), Sumber Daya dan Sosial (III), Hukum, Institusi dan Kebijakan (IV), Aspek Keberlanjutan dan Energi (V), Infrastruktur (VI) dan Kesehatan (VII).

Buku ini telah dipasarkan di tanah air melalui penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

“Kami mahasiswa yang saat ini sedang berkuliah di Australia selalu berusaha mengimplementasikan apa yang bisa kami pelajari untuk Indonesia,” tutur Nabil kepada Kagama.

“Buku dan sumbangan pikiran ini adalah salah satu langkah awal dari kami setelah mempersiapkannya selama satu tahun.”

Baca juga: Alumnus Fapet UGM Ini Bantu Sejahterakan Peternak Indonesia Lewat Agropreneur