Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim untuk Menghadapi Pandemi

1363

Baca juga: Masyarakat Yogyakarta Terbukti Tabah dalam Menghadapi Bencana Gempa

Ketika itu, keduanya sedang berjalan di padang pasir yang panas. Siti Hajar kemudian berlari-larian kecil di sekitar Bukit Safa dan Marwah untuk mencari sumber mata air.

Tak kunjung menemukan, dia sempat berputus asa dan iba terhadap Ismail yang masih bayi lantaran terus menangis karena kehausan.

“Di puncak ikhtiar Siti Hajar, Allah SWT kemudian memerintahkan Malaikat Jibril untuk membuat mata air di dekat Ismail, dan terjadilah,” jelas alumnus S3 Sosiologi UGM angkatan 2006 ini.

Mata air ini kemudian menjadi sumber penghidupan juga bagi masyarakat sekitar. Banyak warga berbondong-bondong, terutama para pedagang untuk membeli air.

Kawasan ini lantas menjadi makmur dan saat ini dikenal dengan kota Mekkah. Kota yang makmur itu digambarkan dalam Surat Al Baqarah ayat 136.

Baca juga: Ganjar Teken Usulan Gelar Pahlawan Nasional dari Jawa Tengah, Ada Nama Jenderal Hoegeng dan Kurator Pendiri UGM

“Ibrahim berdoa agar Mekkah menjadi negeri yang aman sentosa, diberi rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya.”

“Selanjutnya Kota Mekkah menjadi makmur secara ekonomi dan aman keadaannya. Kemakmuran itu tidak hanya dinikmati umat Islam tetapi juga mereka yang bukan muslim,” ujarnya.

Idi menerangkan, kisah ini memperlihatkan kepada manusia tentang betapa takwanya Nabi Ibrahim kepada Allah.

Diceritakan olehnya, Ibrahim bukan seorang Nabi yang terjerumus dalam kehidupan hedonis dan menyesatkan.

Kedatangan Malaikat Jibril yang menggantikan Ismail dengan domba menunjukkan bahwa Islam begitu menjunjung tinggi peradaban manusia.

Pesan simbolik berikutnya, terlihat pada hubungan antarmanusia. Ibadah umat Islam merupakan aktivitas membangun hubungan manusia dengan Allah maupun dengan sesama manusia.

Ajaran Islam, kata Idi, sangat menjunjung solidaritas sosial dan sikap kepekaan sosial terhadap sesama.

Baca juga: Salah Pilih Jurusan Kuliah Tak Sepenuhnya Buruk