Tulisan Pram di Majalah Gadjah Mada: Tak Perlu Membangun Mitos Baru tentang Kejayaan Masa Lalu

605

Baca juga: Tak Cuma Kawasaki Penyakit yang Timbul Akibat Salah Pilih Skincare

Eropa yang dianggap maju dan terpandang saat itu telah tersingkap kebobrokannya.

Di Eropa ekonomi runtuh, kelaparan dan tak adanya jaminan sosial menjadikan banyak kegoncangan di seluruh Eropa.

Merdekanya negara-negara baru yang sebelumnya menjadi penyuplai kebutuhan serta pemasukan ekonomi membuat negara-negara Eropa dilanda krisis.

Menurut Pram, momentum itu harus dimanfaatkan oleh negara-negara baru termasuk Indonesia.

Fakta sejarah bangsa Eropa dapat menjadi gambaran serta pelajaran.

“Masalah Indonesia adalah masa kini dan masa depan. Kebeliaan Indonesia masih memberi banyak kemungkinan,” tulisnya.

Hal itu juga didukung oleh daerah yang luas dan kaya.

Baca juga: Waspada Hoaks Virus Corona, Pemerintah Perlu Lakukan Ini Supaya Tidak Kecolongan

Oleh karena itu para tokoh menjadikannya berbagai kreasi entah gagal maupun berhasil.

Dalam prosesnya sejarah Eropa yang telah terjadi dapat menjadi perbandingan.

Namun Pram juga mengingatkan bahwa semangat belia yang dimiliki bangsa Indonesia dapat menjadi bumerang jika hanya berkutat pada glorifikasi diri dan masa lalu.

Semangat belia bukan sekadar upaya melahirkan mitos baru mengenai kejayaan, namun harus diletakkan pada pemecahan masalah.

Pram mengatakan bahwa bangsa Indonesia yang baru saja lahir dan masih memiliki masa depan tak seharusnya terjebak dalam romantisme masa lalu, serta upaya melahirkan mitos-mitos kejayaan seperti yang dilakukan oleh bangsa Eropa.

Jika itu terjadi maka bangsa yang baru saja lahir dan merdeka akan secepat mungkin menjadi tua serta lumpuh.

Baca juga: Belajar Toleransi dari Kampung Ilawe, Muslim-Kristen Bersatu Bangun Masjid dan Gereja

Bagi Pram, ujung tombak dari semangat itu adalah para pemuda.

Selayaknya para pemuda bangsa Indonesia yang masih belia dia pandang pantas untuk lebih banyak tingkah dan berani.

Namun banyak kalangan pemuda dan termasuk pemerintah Indonesia yang terlalu sering berbicara mengenai apa yang akan dicapai.

Menurut Pram yang paling penting dibicarakan justru apa saja yang akan diperbuat.

“Sikap yang membutuhkan kreativitas dan ketetapan sikap. Bukan sekadar angan-angan abstrak,” ucap Pram. (Thovan/ ed. Taufiq)

Baca juga: Menguji Kualitas Terjemahan Google Translate dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia