Motif di Balik Kata ‘Bajingan’ yang Terlontar dari Mahasiswa S1

1792

Baca juga: Nostalgia Rektor UGM di Gelanggang Mahasiswa, Sering Ngungsi Saat UAS

Begitu pula jika digunakan sebagai ledekan dari teman sebaya,  hanya dua orang (1,1%) yang sangat sering melontarkan dengan motif itu.

Hal yang sama terjadi pada kategori sangat sering untuk motif sebagai ekspresi frustrasi (1 orang, 0,6 %), agar terlihat keren (2 orang, 1,1%). Namun, hal yang sedikit berbeda terjadi pada motif agar diterima suatu kelompoksaat ada 16 orang (9%) yang mengaku sangat sering mengatakannya.

Lima kategori motif di atas cenderung diungkapkan dengan frekuensi kadang-kadang saja.

Di sisi lain, para mahasiswa partisipan baik lelaki (13 orang, 0,7%) dan perempuan (18 orang, 10,2%) kompak tidak mengetahui bahwa bajingan semula memiliki arti sopir pedati.

Baca juga: The Dean Nekat Tampil di Nitilaku UGM 2019, Hanya Latihan 1 Jam

Sebagian besar laki-laki (44 orang, 25%) dan perempuan (124 orang, 70%,) menganggap bajingan sebagai kata umpatan.

Lantas, baik perempuan (86 orang) dan laki-laki (37 orang) cenderung mengalamatkan kata bajingan kepada pria.

Sebaliknya, cuma ada 7 perempuan dan 1 orang laki-laki yang menyampaikan ucapan bajingan kepada wanita.

Penelitian ini pun membuktikan bahwa ‘bajingan’ sudah mengalami pergeseran dari makna asalnya, dilihat dari berbagai motif dan kebiasaan yang saat ini terjadi. (Tsalis)

Baca juga: Didi Kempot Ajak Sobat Ambyar ‘Pamer Bojo Dhewe-dhewe’ di Panggung Nitilaku UGM