Motif di Balik Kata ‘Bajingan’ yang Terlontar dari Mahasiswa S1

1781
Terdapat berbagai motif yang mendasari para mahasiswa program strata 1 mengucapkan kata ‘bajingan’. Foto: hai.grid.id
Terdapat berbagai motif yang mendasari para mahasiswa program strata 1 mengucapkan kata ‘bajingan’. Foto: hai.grid.id

KAGAMA.CO, BULAKASUMUR – Manusia menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan maksud kepada orang lain.

Namun, bahasa juga bisa digunakan untuk mengekspresikan keadaan diri guna merespons berbagai hal yang dialami.

Meski demikian, Didik Rinan Sumekto dan Kustinah meyakini bahwa bahasa memiliki keterbatasan sebagai penyampai ekspresi manusia yang cukup kompleks.

Dugaan yang mereka miliki timbul setelah salah seorang pakar menyebut ada beberapa kata di suatu bahasa yang masuk dalam kategori polisem.

Sebagai informasi, polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu.

Baca juga: Rektor Panut Mulyono Jelaskan Filosofi Nitilaku UGM

Nah, dalam pengujian kali ini Didik dan Kustinah menggunakan kata ‘bajingan’ sebagai objeknya.

Mengutip pakar, mereka menyebut, bajingan pada awalnya dipakai sebagai sebutan sopir pedati (kendaraan seperti andong).

Akan tetapi, seiring perkembangan waktu, bajingan diucapkan sebagai ekspresi kekesalan, umpatan, atau kemarahan.

Malah, tren yang terjadi membawa kata yang awalnya populer di Jawa ini kembali mengalami pergeseran makna.

Kini, ‘bajingan’ juga digunakan untuk melabeli seseorang yang dianggap jahat atau orang-orang yang tidak beradab.

Baca juga: Ada Kendaraan Patih Gadjah Mada di Nitilaku UGM 2019