Catcalling yang Jadi Mimpi Buruk Kaum Perempuan

1020

Baca juga: Pakar UGM Sebut Solusi untuk Tekan Subsidi Gas Melon yang Makin Membengkak

Membatasi Diri dalam Berpenampilan

Rasa trauma itu, kadang membuat perempuan gegabah.

Apalagi jika orang-orang justru melemparkan kesalahan pada korban, salah satunya disalahkan karena penampilan.

Perempuan berinisial SF, bercerita kerap alami catcalling saat dia keluar dari gang kos-nya.

Hal ini membuatnya trauma dan merasa ada yang salah dengan penampilannya.

SF pun yang sebelumnya sudah menutup diri dengan jilbab dan pakaian serba panjang, menambah perlindungan dengan mengenakan jaket dan masker.

Namun, usaha SF itu tak membuat pelaku berhenti melakukan catcalling.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya street harassement bukan karena pakaian korban.

Baca juga: Pesan Benjamin Mangitung yang Bisa ‘Ngomong dengan Ikan’: Mari Cintai UGM

Merasa Bersalah Menjadi Perempuan

Sebagai korban, perempuan justru kerap disalahkan.

Misalnya dalam berpakaian, respon terhadap pelaku, disalahkan karena terlalu menganggap serius catcalling, dan sebagainya.

Hal ini yang membuat korban merasa tidak beruntung menjadi perempuan.

Semua orang, termasuk perempuan berhak mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam melakukan segala hal.

Siapapun itu, penting untuk bersikap empati terhadap korban. (Kinanthi/ ed. Taufiq)

Baca juga: Ashiaap! Atta Halilintar Sebut Ganjar Pranowo Pemimpin yang Easy Going