
KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Kekayaan Indonesia begitu melimpah, tetapi pada kenyataannya belum sepenuhnya dimanfaatkan dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
CEO dan Co-Founder Widya Edu Tech, Fathin Naufal Nur Islam menuturkan, masih ada kesenjangan sosial, ekonomi, pendidikan, hingga politik yang belum terselesaikan.
“Apalagi sekarang kita menghadapi pandemi covid-19, persoalannya menjadi semakin kompleks.”
“Selain berdampak secara kesehatan, ternyata covid-19 memberikan dampak juga secara sosial dan ekonomi, bahkan politik,” ujarnya.
Hal tersebut Naufal sampaikan dalam acara seminar online SOPREMA 2020, bertajuk Untung-Rugi Sociopreneur di Era Kolaboratif untuk Bangkit dari Pandemi, yang digelar pada Kamis (1/10/2020) oleh YouSure FISIPOL UGM.
Baca juga: Kewirausahaan Desa Harus Mendunia Demi Gerakan Ekonomi yang Berkelanjutan
Menurut Naufal, inovasi menjadi salah satu jalan untuk menemukan solusi menghadapi krisis.
Sayangnya, mengutip data dari Global Innovation Index 2019, Naufal mengungkapkan bahwa peringkat Indonesia masih rendah, yaitu berada di ranking 85 dari 120 negara dan ranking 7 di tingkat ASEAN.
Bangsa yang maju, kata Nuafal, merupakan bangsa yang terus berinovasi. Perkembangan pengetahuan dan teknologi begitu cepat dan masif.
Sebelumnya masyarakat Indonesia sudah banyak membahas revolusi industri 4.0.
Sementara sekarang masyarakat secara global sudah mulai membahas revolusi industri 5.0, sehingga jika saat ini masyarakat tidak segera merespon dan berubah, sudah pasti akan tertinggal.
Baca juga: Mimpi Besar Aktivis KAGAMA Gelanggang Demi Sejahterakan Petani Lokal