Industri Sawit Siap Dukung Implementasi Energi Baru Terbarukan

967

Baca juga: Mendiang Cornelis Lay, Sosok Berjasa dalam Karier Politik Ganjar Pranowo

Namun, CEO PT Nusantara Sawit Persada, Teguh Patriawan, menyambut baik hal ini.

Belum lama ini, kepada Kagama, dia menyatakan dukungannya terhadap upaya Pemerintah dalam implementasi energi baru terbarukan. Teguh yakin sawit bisa mendukung karena punya produktivitas tinggi.

“Sawit memiliki produktivitas yang rata-rata tinggi, yakni 4 ton per hektar per tahun,” tutur Teguh.

“Unggul jauh dibandingkan dengan produktivitas kedelai (0,5 ton per hektar per tahun), atau rapeseed yang 0,9 ton per hektar per tahun,” jelas alumnus Fakultas Kehutanan UGM angkatan 1968 itu.

Menurut Teguh, produktivitas minyak sawit yang tinggi juga membuatnya jadi penyumbang tertinggi produksi minyak nabati dunia. Yakni 36,7 persen dari 206,5 juta ton atau setara 75,78 juta ton pada 2019.

Limbah cangkang sawit yang akan diolah untuk menggerakman turbin pabrik PT NSP. Ramah lingkungan. Foto: Nabil
Limbah cangkang sawit yang akan diolah untuk menggerakman turbin pabrik PT NSP. Ramah lingkungan. Foto: Nabil

Baca juga: Kuliner Indonesia Masih Belum Populer di Dunia, Begini Tantangan dan Solusinya

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) bahkan memprediksi, sawit akan mampu menyuplai 55,9 persen kebutuhan minyak nabati pada 2050. Yakni kala dunia diyakini akan membutuhkan 670 juta ton minyak nabati.

Kans sawit untuk serius menggarap segmen energi baru terbarukan pun tampaknya semakin terbuka lebar.

Pasalnya, Juli lalu PT Pertamina melakukan uji coba produk D100–bahan bakar 100 persen sawit pertama di Indonesia.

D100 dihasilkan dari RBDPO (Bleached and Deodorized Palm Oil) yang direaksikan dengan bantuan katalis dan gas hidrogen.

Adapun RBDPO adalah minyak sawit yang sudah diproses untuk dihilangkan getah, bau, dan zat pengotor lainnya.

Baca juga: Indonesia Butuh 100 Kawasan Ekonomi Baru agar Bisa Jadi 5 Besar Dunia