Kerajaan Kediri Lahir karena Kucuran Air Kendi Mpu Bharada

4550

Baca juga: Perjuangan Ketua Harian KAGAMA Wonosobo, Rangkul UMKM dan Petani dalam Menghadapi Covid-19

Mereka selalu ingat ajaran sang kakek, Prabu Darmawangsa Teguh (mertua Airlangga).

Trah Medang Kahuripan harus berbudi bawa laksana (pekerti luhur), ambeg adil paramarta (adil dan mampu membedakan yang penting dan yang tidak).

Segera setelah perintah pembelahan Kerajaan Kahuripan diperoleh, Mpu Bharada bersemedi, lenggah saluku, amemet bebahan hawa sanga, dan meditasi di Gunung Anjasmara.

Kemudian, kata Purwadi, Mpu Bharada terbang mengangkasa sambil membawa air kendi.

“Kucuran air kendi tumpah ke bawah. Sepanjang kucuran air kendi itu berubah menjadi aliran sungai besar. Banjir pun meretas,” kata Purwadi.

Baca juga: Presiden Jokowi: Jangan Ada Ego Sektoral dalam Penanganan Covid-19

“Maka aliran sungai itu disebut Kali Brantas. Sungai yang mendatangkan kemakmuran,” terang dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNY ini.

Kali Brantas itulah yang membelah Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian. Sebelah timur untuk Raden Jayengrana, dan sisi barat jadi hak Raden Jayanegara.

Wilayah pimpinan Jayengrana lantas bernama Kerajaan Jenggala dan berpusat di Kota Kahuripan.

Sementara itu, daerah yang dikuasai Jayanegara dinamai Kerajaan Kediri yang berpusat di Kota Daha.

Kata Purwadi, kedua kerajaan yang terbentuk menjalin kekerabatan melalui pernikahan.

Baca juga: Perkuat Kerja Sama Indonesia-Rusia, Presiden Jokowi Tunjuk Konsultan Kehormatan RI di Vladivostok