Menertawakan Tragedi dalam Kehidupan Sendiri adalah Tingkatan Humor Paling Berkualitas

3766

Baca juga: Cara Kerja Sistem Imun Tubuh dalam Menangkal Corona

Lebih lanjut, Charris menilai, ada hal-hal yang tidak boleh dijadikan bahan tertawaan begitu saja meskipun itu lucu.

Itu adalah sesuati yang diterima jadi oleh manusia lain yakni: asal usul, ras, warna kulit, wajah, sesuatu yang tidak bisa ditolak begitu saja oleh manusia.

“Hal yang diterima sebagai bagian dari keniscayaan kehidupan tidak layak menjadi konteks sebagai tertawaan,” tutur Charris.

“Jika tertawa melihat orang yang bertubuh pendek, maka kualitas humor kita relatif rendah,” jelas tamatan Filsafat UGM tahun 1979 ini.

Pria kelahiran 25 Juli 1952 ini lalu teringat tentang pelajaran hidup dari filsuf Jawa, Ki Ageng Suryomentaram. Yakni urip iku bungah susah (hidup itu senang dan susah).

Baca juga: Dua Dosen UGM Terpilih Sebagai ASEAN Science Diplomat 2020

Namun, senang dan sedih bukanlah sebuah fakta, melainkan reaksi seseorang terhadap fakta.

“Bungah susah itu sama saja. Sehingga dalam konteks humor, humor paling berkualitas adalah menertawakan kekurangan dirinya sendiri,” ucap Charris.

“Atau menertawakan tragedi yang dia alami dalam kehidupannya sendiri,” pungkasnya. (Ts/-Th)

Baca juga: Sikap yang Mengantarkan Alumnus Farmasi UGM Angkatan 1983 Ini Jadi Kepala BSN