Menertawakan Tragedi dalam Kehidupan Sendiri adalah Tingkatan Humor Paling Berkualitas

3764

Baca juga: Jebolan Teknik Sipil UGM Angkatan 1981 Diangkat Jadi Komisaris Utama PT Wijaya Karya

“Tapi tertawa atau tidak, itu tidak semata-mata terkonteks dengan hal-hal yang saya sebutkan tadi.”

“Sebab menertawakan sesuatu juga akan mengacu pada sense of humor,” jelas bapak empat orang anak ini.

Charris memandang, ada tahapan ketika konteks yang membuat orang tertawa juga menunjukkan kualitas kehidupan seseorang sebagai manusia. Hal itu termasuk kualitas kecerdasan.

Penggagas Pusat Dokumentasi Kotagede (PUSDOK) Jogja ini menyebut, humor memiliki persyaratan indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa hal itu sebuah fakta.

Sehingga, seseorang yang menerimanya dapat mengeluarkan reaksi dengan tertawa.

Baca juga: Aksi Nyata KAGAMA JABAR dalam Membantu Penanganan Wabah Corona

Salah satu episode kehidupan yang dicontohkan Charris sebagai bukti dalam konteksi ini terjadi pada sekitar 1994.

Dia ingat bahwa kala itu dirinya sedang makan bersama Rektor ke-10 UGM Prof. Soekanto Reksohadiprodjo dalam acara dies natalis.

“Saya terkesan pada Pak Rektor Kanto yang cerdas dan humoris. Pada dies natalis 1994, saya diajak makan bareng di dalam di UC (University Club),” ucap Charris.

“Beliau mengaku sumuk (gerah) padahal acaranya standing party. Lalu beliau mengatakan, ‘Di sini kita standing party tapi sumuk, yuk kita keluar saja dari sini supaya outstanding party,’.

“Ini adalah humor tingkat tinggi dan luar biasa dari seorang rektor,” jelasnya mengingat humor dari almarhum.

Baca juga: Lagu Lathi Bikin Penasaran, Ganjar Langsung Hubungi Eka Gustiwana