Raih Gelar Kehormatan, Menteri Basuki Hadimuljono Sukses ‘Balas Dendam’ kepada ITB

2734

Baca juga: Suroso, SIP, M.A.: Kagama Menyentuh Papua Barat Lebih Dekat

Dua puluh tahun berlalu dari saat Basuki memenangi lomba karya ilmiah.

Status dia pun sudah menjadi abdi negara di Kementerian Pekerjaan Umum.

Tepat pada 1995, Basuki mengaku ingin belajar di Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.

Padahal waktu itu pria kelahiran Surakarta ini sudah menyelesaikan S2 (1989) dan S3 di Colorado State University Amerika Serikat.

Alasan Basuki berhasrat kuliah di SBM ITB adalah ingin tahu apakah orang-orang di ranah swasta benar-benar tangguh.

“Saya siapkan semuanya. Saya ke strategic square dan daftar sendiri. Begitu daftar kok lama, ada apa ini?” ujar Basuki.

Tak berapa lama setelah menunggu, rektor ITB dan sekretarisnya saat itu muncul menemuinya.

Baca juga: Prof. Agus Sartono: Informasi Asimetris Harus Diperkecil untuk Menghindari Kegagalan Kebijakan

“Basuki, ngapain sekolah ke sini? Pasti mau jadi dosen,” ujar Basuki, menirukan suara rektor ITB waktu itu.

Lho, tidak. Saya mau sekolah saja. Akhirnya ditolak. Wah, Saya pikir ITB cari gara-gara ini ha ha ha,” ujar Basuki dengan tawa.

“Orang mau sekolah kok ditolak. Oke, tidak apa-apa, saya tetap loyal ke ITB,” jelasnya.

Bukti loyalitas Basuki kepada institusi yang dua kali menolaknua dan Bandung tertuang dalam kerja nyata selama berkarier di Kementerian PUPR.

“Saya datang ke Bandung bikin embung, asrama, air bersih. Saya tetap taklukkan ITB, ha ha ha,” ucap peraih Anugerah Herman Johannes Award dari UGM pada 2018 ini.

Pada akhir kalimat, Basuki mengatakan, ITB kini lumayan setelah dirinya beberapa waktu lalu diwisuda sebagai insinyur profesional.

Namun, diraihnya gelar kehormatan (honoris causa) menjadikan dendamnya kepada ITB paripurna.

“Hari ini dendam Saya terbalas sudah oleh ITB,” kelakar Basuki.

Adapun gelar kehormatan dinilai layak disandangkan kepada sang petahana Menteri PUPR mengingat kinerjanya yang luar biasa.

Pada periode 2015-2019, Kementerian PUPR pimpinan Basuki mampu merampungkan pembangunan 16 bendungan dengan 45 bendungan yang lain dalam tahap penyelesaian.

Selain itu ada 1.212 empung, 1 juta Ha jaringan irigasi, 3 juta Ha rehabilitasi jaringan irigasi, 333 bangunan pengendali sedimen dan lahar, serta 1485 km pengendali banjir dan pengaman pantai. (Tsalis)

Baca juga: Mengapa Penggunaan Pestisida di Indonesia Masih Tinggi?