Nostalgia Mahasiswa UGM di Filipina Tahun 50-an, Kualitas Pendidikannya Bikin Presiden Soekarno Heran

926

Baca juga: Sebelum Resmi Dihapus, Ujian Nasional Memang Dicap Bikin Stres

Saat itu jumlah penduduk Filipina yaitu 20 juta, seperempat dari jumlah penduduk Indonesia kala itu.

Selama di sana Tampubolon sering dikira orang asli Filipina.

Karena hal itu dia sering disapa dan diajak berbincang oleh orang Filipina menggunakan bahasa Tagalok maupun Ilokano.

Saat itu Filipina telah memiliki banyak perguruan tinggi.

Bahkan di kota Manila terdapat sekitar 10 perguruan tinggi.

Dalam hal pembangunan perguruan tinggi, Filipina memang telah mendahului Indonesia saat itu.

Pada tahun 1611 di Filipina telah berdiri perguruan tinggi bernama Santo Thomas University.

Baca juga: Solusi Pelayanan JKN, Dosen FK-KMK UGM Temukan Obat Stroke yang Lebih Manjur dan Terjangkau

Itu sebabnya pendidikan di Filipina saat itu jauh lebih maju dari Indonesia.

Saat Tampubolon datang ke Filipina, Far Estern University menjadi salah satu yang terbesar dengan jumlah mahasiswa sebanyak 30.000 orang.

Padahal perguruan tinggi tersebut terhitung muda karena baru berdiri pada tahun 1946.

Bahkan di tahun pertamanya berdiri, universitas tersebut hanya menerima 110 pendaftar.

Dengan percepatan pemajuan di berbagai fakultas dan keilmuan, perguruan tinggi rersebut dapat meraih puluhan ribu mahadiswa dalam waktu yang cukup singkat.

Selain perguruan tinggi yang didirikan pemerintah, di Filipina juga telah terdapat banyak perguruan tinggi swasta.

Perguruan tinggi yang didirikan di luar wewenang pemerintah tersebut, menurut Tampubolon juga memiliki kualitas pendidikan yang baik.

Baca juga: Pemenang Lomba Cipta Citra Batik UGM 2019 Akui Dapat Inspirasi Dua Minggu Saja

Pesatnya pendidikan di Filipina sempat membuat heran Presiden Soekarno saat itu.

Beberapa kali delegasi Indonesia mengadakan kunjungan ke beberapa perguruan tinggi di Filipina guna belajar mengenai pengelolaan pendidikan.

Menurut Tampubolon, kemajuan pendidikan di Filipina juga didorong oleh tingkat pendapatan penduduknya yang cukup baik.

Selain itu ekonomi Filipina juga lebih stabil saat itu dibanding dengan Indonesia.

Hal itu tak lepas dari keberadaan bantuan dan sumbangan yang didapat dari luar negeri.

Tampubolon merupakan salah satu dari sekian banyak mahasiswa Indonesia yang dipromosikan untuk menempuh pendidikan di luar negeri.

Hal itu merupakan salah satu upaya untuk mengatasi ketertinggalan perguruan tinggi di Indonesia.

Setelah pulang ke tanah air, mahasiswa tersebut akan dibebani tanggung jawab sebagai pengajar dan ahli di UGM. (Thovan)

Baca juga: Ganjar Pranowo Raih Piala Anggakara Birawa Berkat Sistem Pengaduan Terbuka Provinsi Jateng