Sadari Efek Negatif Kebiasaan Mengisap Jari pada Anak

128
Apabila anda menemui anak yang suka mengisap jari, sebaiknya ajari anak untuk mulai menghentikan kebiasaan tersebut.(Foto: kompas.com)
Apabila anda menemui anak yang suka mengisap jari, sebaiknya ajari anak untuk mulai menghentikan kebiasaan tersebut.(Foto: kompas.com)

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Kita sering melihat anak kecil mengisap jari. Ada orang tua yang merasa khawatir, sehingga memaksa anak untuk tidak meneruskan kebiasaannya. Tetapi ada juga yang membiarkan, karena bukan seseuatu yang berbahaya untuk anak.

Menurut Sigmund Freud, kebiasaan anak mengisap jari merupakan fase oral. Secara psikoanalisis, anak suka mengisap jari karena tidak melihat hal lain yang lebih menarik, sehingga mengisap jari dipilih sebagai kegiatan yang paling mengasyikkan.

Kebiasaan mengisap jari sudah ada sejak bayi dalam kandungan. Pada umumnya, kebiasaan ini berlangsung sampai anak mencapai usia dua tahunan.

Saat anak melepas fase oralnya itu, kesenangan mengisap jari akan hilang saat perhatian anak sudah beralih ke hal lain. Misalnya, ketika anak mulai banyak berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dengan mainannya, menjelajah rumah, bersepeda, dan lain sebagainya.

Namun, jika anak sudah menginjak usia lebih dari dua tahun dan masih sering mengisap jari, bisa jadi anak memang tak menemukan keasyikan lain dari kebiasaannya itu. Hal ini bisa disebabkan oleh proses pengalihan perilaku di usia batita belum optimal.

Kebiasaan mengisap jari jika terus dibiarkan akan berdampak negatif pada kondisi psikis dan fisik anak. Berikut ualasannya.