Pujiharto Hadapi Tantangan Membudayakan Sastra

990

Dalam perkembangannya, penyerapan bahasa Indonesia bisa diambil dari bahasa daerah.

Dengan berbagai penyerapan dari bahasa daerah, maka akan memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Sementara secara pribadi Puji mengungkapkan bahwa tantangannya ada pada bidang sastra.

“Karya-karya yang dilahirkan sastrawan Indonesia belum tentu bisa menjalin hubungan baik dengan pendidikan,” ungkap Puji.

Sebab, menurut pengamatannya, ukuran kesastraan berbeda dengan pendidikan.

Walaupun begitu, jika tidak ada pengembangan ke arah pendidikan, maka sastra bisa berkembang tidak sesuai desainnya.

Sejauh ini buku teks untuk sekolah diseleksi sedemikian rupa. Sampai saat ini Prodi belum melihat peluang pengembangan sastra Indonesia ke depan.

Menurut Puji, jika sastra indonesia dipandang penting sebagai aset bangsa, berarti harus dilakukan berbagai upaya untuk mensosialisasikan.

Bisa melalui televisi maupun kegiatan, ada penilaian dan penghargaan terhadap karya sastra, sehingga ada kebanggan dari masyarakat.

“Sebenarnya saya sudah menduga adanya upaya ini, tetapi kurang kuat gaungnya. Ini tantangannya, upaya untuk menaruh sastra Indonesia pada posisi yang layak masih terus dilakukan,” jelas pria yang sudah menjadi Kaprodi selama hampir empat tahun ini.

Puji menambahkan bahwa Indonesia kaya akan sastra, barangkali perlu strategi baru.

Namun, yang paling penting adalah mengembangkan budaya menulis dan membudayakan sastra dalam kehidupan masyarakat.

Selain sibuk dengan tugasnya sebagai dosen dan Kaprodi, Puji juga memiliki kesibukan di luar akademik yang masih relevan dengan bidangnya.

Dia banyak menggali pengalaman sebagai Asesor di BAN PT.

Ada pun berbagai kesibukan Puji yang sifatnya insidental, kadang Puji menjadi penilai buku, evaluator pendirian prodi baru, atau reviewer jurnal dan penelitian.

Meskipun menyita banyak waktu, Puji mengaku tetap bekerja sesuai dengan kapasitas.(Kinanthi)