Pengabdian Penghidang Mayat di FKKMK UGM

1049

Murjiono menganggap interaksinya dengan formalin seperti ritme menggosok gigi. “Hampir terjadi setiap hari,” ujarnya.

Frekuensi praktikum yang dilakukan mahasiswa FKKMK juga mempengaruhi kadar formalin di lingkungan Bengkel Anatomi. Murjiono menerangkan, saat ada praktikum, bau formalin tercium hingga kawasan Bengkel Anatomi. Hal ini disebabkan oleh letak Bengkel Anatomi yang berhadapan dengan laboratorium FKKMK.

Tingginya frekuensi formalin yang dihirup Murjiono dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu, Murjiono membiasakan diri untuk mengunakan masker, sarung tangan, dan baju tahan air setiap kali memindahkan kadaver.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan pengaruh formalin untuk mencapai tubuh. Selain itu, Murjiono juga rutin meminum susu yang dijatah untuknya. Susu berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Ancaman kesehatan juga datang dari pekerjaannya di Bengkel Anatomi. Dalam pembuatan kerangka dan maneken, Murjiono menggunakan zat kimia yang mempercepat proses pengerasan bahan dasar rangka, yakni resin. Zat kimia ini pun memiliki efek buruk untuk tubuh.

Ancaman-ancaman kesehatan tersebut tidak mengurangi kecintaan dan loyalitas Murjiono. Meskipun demikian, Murjiono masih dihantui keresahan. Keresahan itu berupa harapan adanya rotasi untuk karyawan di laboratorium bagian anatomi.

Menurut Murjiono, ketiadaan rotasi karyawan dapat berakibat buruk bagi karyawan di laboratorium bagian anatomi. “Misalnya menjadi karyawan di laboratorium dapat berpindah ke bagian administrasi,” terangnya.

Cerita tentang pengabdian Murjiono sebagai pelayan laboratorium di FKKM UGM bersumber dari terbitan Balkon Balairung edisi 129, 10 Juni 2010. KAGAMA mencoba mengisahkannya kembali sebagai penghargaan atas pengabdiannya selama bertahun-tahun.(Thovan)