Kopi adalah Obat dari Kegelisahan Lawas Susi Ivvaty, Sang Pereka Narasi

1071

Baca juga: Didi Kempot Beri Contoh Kebhinnekaan pada Malam Temu Alumni FK-KMK UGM 2020

Tahun itu juga, Susi berkesempatan meluruhkan hasrat lawas menjadi pengusaha yang terendap lama di pikirannya.

Dia lantas mencoba membuat plong pikirannya dengan mengajak dua rekan membangun usaha penjualan kopi segar.

Artinya, mereka hanya akan menjual sesuai pesanan, bukan menyetok.

Alhasil, sebuah merek Aloya Coffe pun berdiri.

“Mengapa kopi? Pertama, karena Saya pecinta kopi dan saban hari harus minum kopi single origin tanpa gula hingga gigi Saya pun berubah kecokelatan,” ucap Susi.

“Kedua, Indonesia kaya akan kopi dengan kualitas super yang digandrungi peminum kopi luar negeri. Ketiga, banyak gagasan untuk pemanfaatan kopi sehingga bisa zero waste,” terangnya.

Susi menjelaskan, upaya zero waste bisa dengan menjual cascara (kulit cherry kopi) dalam bentuk “teh cascara celup” dan memanfaatkan kulit ari kopi sebagai alternatif bahan bakar.

Baca juga: Baru Dibentuk, Pengda KAGAMA Sukoharjo Siapkan Program untuk Memajukan Daerah

Gagasan zero waste ini ternyata terkait dengan kegiatan Susi di KAGAMA, yakni Komunitas KAGAMA Cinta Sungai.

Susi sadar pemilihannya terjun di bisnis kopi mesti menghadapi banyak persaingan.

Pasalnya, kini banyak kedai kopi yang menjamur dan hampir ada di setiap kampung.

Akan tetapi, hal itu justru dipandang Susi sebagai hal bagus lantaran kebutuhan terhadap kopi juga sangat besar.

Aloya Coffee, yang berada di Jalan Sei Asahan Nomor 14 Medan, Sumatera Utara, memfokuskan pada penjualan biji kopi goreng (roasted bean) dan bubuk dalam kemasan.

Susi dan teman-temannya menyediakan 11 varian kopi, Gayo, Mandheling, Lintong, Simalungun, Karo, Sidikalang, Sidikakang Robusta, Peaberry, Luwak, Longberry, dan Temanggung.

Proses pascapanennya pun bisa dipilih: semiwash, fullwash, honey, wine, dan natural.

Susi mengatakan, kemungkinan kelak dia juga akan membuka kafe.

Namun, Aloya Coffee saat ini juga menjadi rumah seduh.

“Silakan datang, boleh roasting sendiri, grinding sendiri, seduh sendiri, gratis. Namun, beli juga kopi kemasan kami. Hehehe,” pungkas Susi, dengan setengah bercanda.(Ts/-Th)

Baca juga: Bupati Puncak Alumnus UGM Angkat Warisan Budaya Bernilai Miliaran Rupiah