KAGAMA.CO. JAKARTA – Ingatan masa kecil Susi Ivvaty masih membayang hingga sekarang.
Alumnus Sastra Arab UGM angkatan 1992 itu ingat bahwa cita-cita yang dia idamkan adalah menjadi pengusaha.
Hasrat menjadi pengusaha timbul dalam benak Susi setelah melihat sosok Mbak Sok.
Mbak Sok adalah pemilik warung kelontong di kampung halamannya, Temanggung, Jawa Tengah.
Di mata Susi, Mbak Sok adalah perempuan yang berdaya.
“Dia sangat sibuk melayani pembeli eceran maupun grosiran,” kenang Susi, mengingat kejadian pada sekitar dekade 80-an.
“Ia memencet tombol kalkulator dengan gesit dan lembaran-lembaran uang pun dengan cepat pula memasuki laci. Ada yang beli minyak lima liter, beras, sabun, terigu, hingga permen,” tuturnya kepada Kagama.
Baca juga: Cerita Lulusan Sastra Arab UGM yang Kuliah di 3 Tempat Gara-gara Sukai Sastra dan Seni
Bahkan, kata orang-orang di kampung, Mbak Sok adalah orang yang selalu memberikan sumbangan paling banyak di acara pernikahan, supitan, atau bayen (kelahiran).
Akan tetapi, Susi sadar betul bahwa tak ada ‘darah’ pengusaha yang mengalir dalam dirinya.
Ayahnya, yang merupakan PNS di Departemen Agama Temanggung, adalah ustaz yang mengajar sejumlah kitab saban hari di Pondok Pesantren Zaidatul Maarif Kauman Parakan Temanggung.
Ibunya pun PNS, pegawai di Kantor Pos dan Giro Kabupaten Temanggung.
“Budhe (tante) dan Paklik (paman) saya memang berjualan baju di pasar,” kata Susi.
“Bahkan Budhe Saya memiliki dua kios, tapi Saya kan bukan anak Budhe dan Paklik,” ucapnya, berseloroh.
Susi bukannya tidak berusaha untuk mewujudkan mimpi jadi pengusaha.
Baca juga: Sinergi KAGAMA dan BI Majukan UMKM Lewat Strategi Smart Branding