Kehidupan Abdi Dalem Keraton di Makam Raja-raja Mataram Kotagede

1837

Selama tujuh tahun magang, tidak sedikit calon abdi dalem yang mengalami “seleksi alam”. Biasanya karena tuntutan ekonomi, beberapa orang terpaksa berhenti berjuang menjadi abdi dalem.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi Rahman, ia berhasil bertahan dan menikmati kehidupannya sebagai abdi dalem hingga kini. “Yang membuat bertahan tentunya rasa ikhlas. Sampai sejauh ini juga saya sudah merasa cukup dengan apa yang saya punya,” ujarnya.

Selama mengabdi berpuluh-puluh tahun, Rahman merasakan berbagai perubahan terhadap respon masyarakat terhadap abdi dalem dan warisan budaya Keraton. Bersama dengan abdi dalem lain bernama Daryanto, mereka bercerita soal pandangan miring tersebut.

“Kelompok masyarakat tertentu heran ketika melihat sesaji di dekat makam raja. Dikiranya abdi dalem sekarang menyembah batu,” ungkap Daryanto yang ikut menanggapi cerita Rahman.

Menurut Rahman, Makam Raja-raja Mataram juga merupakan salah satu saksi bisu peradaban Islam. Kini sebagian orang tampaknya mulai lupa dengan sejarah perkembangannya.

“Sekarang ada banyak aliran di setiap agama tertentu. Pada fokus sama alirannya masing-masing. Tapi lupa sama sejarahnya,” kata Rahman.

Selain itu, Daryanto juga ikut meluruskan soal sesaji yang ada di dekat makam, bahwa ini memiliki makna filosofis yang masih terkait adat dan budaya, serta kehidupan umat muslim Keraton zaman dulu.

Rahman dan Daryanto adalah dua dari sekian abdi dalem yang sangat loyal dan peduli terhadap warisan budaya. Kisah dan pandangan hidup mereka patut diteladani.(Kinanthi)