KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Sukses bukan tanpa kegagalan dan kendala.
Sukses terjadi ketika seseorang bangkit dari kegagalan atau hambatan.
Demikian Prof. Dr. Ir. Cahyono Agus Dwi Koranto, M.Sc (53 tahun), memaknai perjalanan hidupnya.
Baca juga: Guru Besar UGM Paparkan Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di Forum Internasional
Anak Dari Pegawai Kecil
“Saya dulu sekolah, karena orang tua saya juga pegawai kecil,” ungkap dosen yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Perkumpulan Keluarga Besar Taman Siswa (PP PKBTS) itu kepada KAGAMA, belum lama ini di kediamannya.
Orang tua Agus pernah mengatakan kepadanya, mereka hanya bisa menyekolahkan Agus, agar ia bisa memenuhi kehidupan sendiri.
Bisa dibilang warisan yang diberikan hanya berupa ilmu.
Singkat cerita tentang masa kecil Agus.
Saat sudah purna tugas dari tentara, Ayah Agus membuka warung kelontong.
Sore hari Ayahnya mencari penghasilan tambahan dengan mengumpulkan setoran becak yang disewakannya.
Dengan berbagai kendala tersebut, justru membuat Agus bisa berkembang.
Orang tua selalu mengupayakan biaya kuliahnya.
Diceritakan oleh Agus, orang tuanya saat itu tampak tegar dan kuat.
Namun, Agus tahu sebenarnya orang tua juga merasa kesulitan.
Berangkat dari hal inilah, sebagai anak sulung Agus berusaha keras untuk tidak membebani orang tuanya.
Memutuskan Kuliah Di Jurusan Ilmu Tanah
Keputusan untuk menempuh pendidikan di S1 Ilmu Tanah UGM dirasa tepat bagi Agus, jika dibandingkan jurusan lain.
Jujur diungkapkan oleh Agus, ia ingin kuliah di Jurusan Teknik atau Kedokteran.
Namun, akhirnya ia lebih memilih belajar di Fakultas Pertanian, karena berbagai faktor.
“Kalau masuk jurusan seperti Teknik, saya agak kesulitan. Saya masih punya adik dan harus berbagi dengan mereka,” ungkap dosen yang menyelesaikan pendidikan master dan doktornya di Tokyo University of Agriculture & Technology ini.
Meskipun demikian, Agus percaya bahwa jika ia jalani dengan yakin dan sungguh-sungguh, pasti akan bisa lebih baik.