Ajaran Ki Ageng Suryomentaram yang Berguna untuk Anak Muda Masa Kini

9927

Baca juga: Pasca Lulus, Alumnus UGM Akan Menghadapi Situasi yang Menarik dan Kompleks di Masa Pandemi

Karena itu, bercita-cita menghapus kesusahan dalam hidup adalah upaya yang berujung sia-sia saja.

Berdasar ajaran Ki Ageng Suryomentaram, Irfan menilai bahwa bahagia bukanlah kondisi ketika manusia tidak punya kesusahan sama sekali.

“Bahagia itu adalah saat seseorang sudah menerima fakta kehidupan. Orang-orang mungkin berpikir bahwa orang kaya pasti bahagia karena keinginannya terpenuhi,” ujar Irfan.

“Sementara orang miskin  pasti susah karena keinginannya tidak terpenuhi. Padahal tidak seperti itu, yang membedakan di antara keduanya adalah pada level gagasan.”

“Setiap orang sudah pasti punya karep. Jika karep terpenuhi, orang akan senang. Jika tidak, orang akan susah,” terang alumnus Fakultas Filsafat UGM ini.

Baca juga: Saran Nawa Murtiyanto bagi Para Pendaki Gunung di Masa Pandemi

Prinsip selanjutnya yang dijelaskan Irfan tentang Kawruh Jiwa adalah pikiran.

Pikiran merupakan aktor utama yang menggagas rasa dan menciptakan keinginan (gegayuhan).

Namun, jika tidak dikendalikan, gegayuhan dapat menjadi aling-aling  atau tabir yang menghalangi diri kita untuk mengenali diri dan rasa yang sebenarnya.

Misalnya seperti ini, indera mata dan pendengaran yang kita punya akan mencatat fakta bahwa seorang tetangga sudah kaya.

Namun, pikiran akan menambah fakta anyar yang membuat kita cemburu, gelisah, dan tidak bahagia karena kita belum kaya.

Baca juga: Relasi Kekuasaan Jadi Alasan Mengapa Kekerasan Seksual Ada di Dunia Pendidikan