Kebetulan yang Membuat Rektor Ketujuh UGM Jadi Antropolog Terkenal di Dunia

1989
Sekelumit cerita mengiringi perjalanan Rektor ketujuh UGM Prof. Dr. Teuku Jacob, M.S., M.D menjadi ahli antropologi. Foto: beritabaik.web.id
Sekelumit cerita mengiringi perjalanan Rektor ketujuh UGM Prof. Dr. Teuku Jacob, M.S., M.D menjadi ahli antropologi. Foto: beritabaik.web.id

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Rektor ketujuh UGM Prof. Dr. Teuku Jacob, M.S., M.D., dikenal luas sebagai arkeolog dan ahli antropologi ragawi.

Beberapa penemuan yang membuat nama Prof. Teuku Jacob terkenal di seluruh dunia adalah fosil Homo Erectus di Sangiran, Sragen, serta Homo Floresiensis di Liang Bua, Pulau Flores.

Selain itu, Pak Jacob, sapaannya, juga kondang dengan keahliannya di bidang antropologi budaya, lingkungan, arkeologi, biologi, paleo-antropologi, biopolitik, dan palemologi.

Menariknya, bejibun keahlian lulusan FK (sekarang FK-KMK) UGM 1956 ini justru datang secara kebetulan.

Ceritanya bermula ketika Jacob muda masih mengenyam pendidikan sarjana di FK UGM.

Baca juga: FK-KMK dan Kagamadok Gelar Konser Amal untuk Bangun Kota Difabel

Mengutip Berita KAGAMA edisi Februari 2001, pria kelahiran Peureulak, Aceh Timur, ini mengaku mengidap asma saat masih kuliah.

Oleh karena itu, dia tidak kuat dengan aroma mayat.

Alhasil, Jacob memilih spesialisasi Antropologi Ragawi.

Antropologi Ragawi memang masih berhubungan dengan mayat, tetapi bau menyengat sudah tidak tercium lagi.

Berangkat dari sana, jalan panjang Jacob memberi sumbangsih untuk ilmu evolusi manusia terbuka.

Baca juga: 10 Gebrakan Dirjen Ali Ghufron Mukti untuk Membangun SDM Indonesia