10 Gebrakan Dirjen Ali Ghufron Mukti untuk Membangun SDM Indonesia

3104

Baca juga: Jasa Titip Jadi Peluang Bisnis yang Menarik untuk Mahasiswa

8. Evaluasi Produktivitas Dosen

Dirjen Ghufron menuturkan, perguruan tinggi di Indonesia dahulu lemah dalam hal publikasi internasional.

Sebab, untuk urusan ini, Indonesia hanya menempati urutan keempat di ASEAN.

Namun, sekarang melesat ke nomor satu berkat evaluasi secara cepat produktivitas dosen yang berstatus profesor dan lektor kepala.

“Kami wajibkan profesor, lektor kepala, hingga mahasiswa pascasarjana S-3, harus menulis publikasi jurnal internasional,” kata dia.

Dirjen Ghufron menambahkan, mulanya kebijakan ini mendapatkan protes dari para profesor.m, namun kini telah mendapatkan penerimaan.

Bahkan, universitas-universitas telah memberikan insentif secara masif terhadap jerih payah para dosen atas publikasi yang telah dibuat di jurnal internasional.

Baca juga: Agar Akademisi UGM Tidak Stres Lalu Bunuh Diri

9. Program Dosen Merenung

Kesibukan dosen dalam berbagai aktivitas ternyata membuat tugas pokoknya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menjadi terpinggirkan.

Selain itu, mereka juga tidak punya waktu cukup untuk meneliti dan menulis.

Terobosan Dirjen SDID pimpinan Ali Guhfron untuk menyikapi situasi ini adalah mencanangkan program “dosen merenung”.

“Harapannya dari merenung adalah produktif dan ada hasilnya. Selama ini dosen jarang merenung, salah satunya karena urusan administrasi,” ucapnya.

10. Bedol Desa

Menurut Dirjen Ghufron, rektor hanyalah salah satu komponen dalam universitas.

Karena itu, dia memandang isu impor rektor asing pada beberapa waktu yang lalu kurang efektif untuk meningkatkan iklim akademik di suatu universitas.

Cara lain yang ditawarkan oleh ayah tiga orang anak ini adalah membawa para mahasiswa dan dosen-dosen yang ada di salah satu universitas di luar negeri untuk ikut datang ke Indonesia.

Program ini kemudian diistilahkan “bedol desa”.

“Mereka yang punya kultur akademik matang, kami bedol satu universitas dan dipindahkan ke Indonesia,” ujarnya.

Salah satu perumus BPJS ini pun berharap orang-orang Indonesia yang sudah lama di luar negeri bisa membantu mempercepat budaya akademik universitas-universitas di Indonesia ke arah yang lebih baik. (Tsalis)

Baca juga: Pengelolaan Arsip Makin Canggih, Warni Ingin UGM Jangan Lupakan Cara Konvensional