Transtoto Tegas Bilang Pemerintahan yang Tidak Mempedulikan Ekonomi Hijau akan Runtuh

374
Kerusakan hutan Indonesia yang tergolong sangat luas sampai sekitar angka 60 juta hektare wajib diprioritaskan rehabilitasinya dan reboisasinya. Foto: Instagram @nice_viewfoto
Kerusakan hutan Indonesia yang tergolong sangat luas sampai sekitar angka 60 juta hektare wajib diprioritaskan rehabilitasinya dan reboisasinya. Foto: Instagram @nice_viewfoto

KAGAMA.CO, JAKARTA – Perkembangan dunia dan kemajuan tehnologi sangat perlu memperhatikan upaya pelestarian alam dan ekosistem lingkungan.

Kekayaan sumber daya alam yang masih melimpah sekalipun tidak akan mampu membiayai kehidupan manusia dan perawatan pembangunan 500 tahun mendatang.

Negara-negara di dunia harus terus memperhatikan ekonomi hijau dalam azas-azas pembangunan politiknya.

Bahkan juga tidak terlepas bagi negeri yang memiliki hutan luas dan kaya biodiversitas seperti Indonesia pesan Dr. Ir. Transtoto Handadhari, M.Sc rimbawan senior KAGAMA.

Baca juga: Transtoto: Perhutani Sebaiknya Kelola Sumber Daya Hutan, Bukan Bisnis Kayu

“Kerusakan hutan Indonesia yang tergolong sangat luas sampai sekitar angka 60 juta hektare wajib diprioritaskan rehabilitasinya dan reboisasinya. Secara nyata tidak boleh diabaikan terus,” tutur Transtoto dengan nada prihatin dalam keterangan persnya, Sabtu (31/12/2022).

“Meskipun memerlukan dana yang mencapai ribuan triliun rupiah tugas pembangunan hutan tidak boleh diabaikan,” tutur Transtoto.

Transtoto yang juga mantan Direktur Pusat Informasi Kehutanan Departemen Kehutanan menyayangkan minimnya politikus kehutanan di negeri berhutan tropis ketiga terbesar di dunia ini.

“Nampaknya saya dan teman-teman harus berpolitik untuk mengawal pelestarian hutan yang sangat penting bagi sistem kehidupan,” ungkapnya mengundang para rimbawan untuk ikut menekuni kepolitikan kehutanan.

Baca juga: Krisis Kebijakan Kelola Hutan Jawa Belum Tuntas

“Indonesia sangat membutuhkan politikus-politikus kehutanan yang konsen memuliakan hutan tanpa kecurangan,” pungkas Direktur Utama Perum Perhutani 2005-2008 tersebut. (*)