“Walaupun sudah ada regulasinya, implementasinya belum maksimal karena memang online learning belum populer di sini.”
“Namun, di masa panademi lambat laun peserta didik dan institusi pendidikan akan dipaksa untuk memberlakukan sistem belajar ini,” tutur pria yang juga menjabat sebagai konsultan, peneliti, dan trainer di Bank Indonesia itu.
Terlebih lagi pemerintah juga telah membuat regulasi izin untuk institusi pendidikan di luar negeri beroperasi secara fisik di Indonesia.
Kampus luar negeri yang sudah lama menerapkan sistem belajar online akan menjadi pesaing bagi kampus dalam negeri yang beru melangkah untuk sistem belajar ini.
Deddy menjelaskan, online learning jelas memberikan kemudahan, terutama dari segi fleksibilitas waktu dan hemat tenaga, serta materi menjadi lebih persoanal dan variatif.
Baca juga: Nezar Patria: Fakultas Filsafat UGM adalah Sekolah Kepenulisan Terbaik di Indonesia
Meskipun demikian, online learning belum bisa diterapkan secara maksimal di Indonesia.
“Selain peserta didik dan tenaga pengajarnya yang belum familiar. Dukungan infrastruktur seperti jaringan internet dan gadget sejauh ini belum memadai.”
“Kalau kita belajar dari berbagai institusi pendidikan di luar negeri, online learning yang serius betul-betul menggunakan teknologi canggih,” jelasnya.
Kondisi demikianlah yang menggambarkan sisi lain dari online learning. Belum lagi ditambah dengan ketidaksiapan institusi pendidikan menyiapkan sistem khusus belajar online, kompetensi softskill dan teknikal skil tidak mudah diajarkan, serta mahasiswa harus punya kesadaran sendiri untuk mengatur waktu, belajar, dan mengembangkan diri.
Di saat yang sama, kata Deddy, pemerintah juga mengimbau beberapa perguruan tinggi kecil untuk melakukan merger, demi mempertahankan keberlangsungan usahanya.
Baca juga: Dirjen Nizam: Masa Pandemi Jadi Batu Lompatan Pendidikan Tinggi untuk Membuat Terobosan
