Dekan Fakultas Biologi Wakili UGM dalam Pertemuan AUN-EEC di Filipina

194
Budi mengajak peserta AUN untuk berkolaborasi bersama dalam mengurangi nilai ecological value dan melaksanakan misi AUN-EEC ini sebaik mungkin. Foto: Istimewa
Budi mengajak peserta AUN untuk berkolaborasi bersama dalam mengurangi nilai ecological value dan melaksanakan misi AUN-EEC ini sebaik mungkin. Foto: Istimewa

KAGAMA.CO, FILIPINA – Tantangan isu ekologis pada masa yang akan datang lebih berat seiring perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan pertumbuhan ekonomi dalam kehidupan manusia.

Untuk itu, Asean University Network (AUN) sebagai jejaring interkoneksi perguruan tinggi di ASEAN, mengarahkan generasi muda untuk dapat mengembangkan pola pikir dan interaksi dengan lingkungan secara berkelanjutan (sustainability development).

Mereka kemudian mengusung konsep AUN-EEC (Ecological Education and Culture), yang berupa pendidikan dan kebudayaan ekologis dengan misi utama mengembangkan generasi muda ASEAN yang memiliki pola pikir dan kompetensi untuk melestarikan lingkungan.

Dalam pertemuan diskusi pertama terkait konsep EEC yang dilaksanakan di Ateneo de Manila University, Filipina pada 22-24 Agustus 2019, UGM turut andil memberikan kontribusi ide, masukan, dan paparan pengembangan program yang selaras dengan konsep tersebut.

Baca juga: Lulusan Terbaik Biologi, Chatarina: Jangan Pernah Merasa Puas

Hal ini dilakukan oleh Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. selaku Dekan Fakultas Biologi UGM sekaligus ketua Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI).

Secara langsung Budi mendukung dan mengajak seluruh pimpinan universitas dalam payung AUN untuk bekerja sama, bahu-membahu, dalam melaksanakan misi ini.

Budi memaparkan tentang informasi jejak ekologis (ecological footprint) dari berbagai negara di ASEAN.

Menurutnya Ecological footprint merupakan dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup manusia.

Budi (kanan) memaparkan tentang informasi jejak ekologis (ecological footprint) dari berbagai negara di ASEAN. Foto: Istimewa
Budi (kanan) memaparkan tentang informasi jejak ekologis (ecological footprint) dari berbagai negara di ASEAN. Foto: Istimewa

Baca juga: Bhagas Gamada Berusia 15 Tahun Kuliah di Program IUP Biologi

“Hampir seluruh negara di ASEAN saat ini memiliki trend dimana nilai ecological footprint lebih tinggi dari nilai biocapacity per person, artinya apabila kita tidak mengubah cara pandang kita dalam mengelola lingkungan maka lingkungan sudah tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia,” ujar Budi mengawali paparannya.

UGM sebagai salah satu universitas tertua di Indonesia telah memberikan berbagai kontribusi dan sumbangsih terkait isu ini.

UGM, kata Budi mengawalinya dengan berbagai macam hal sederhana untuk menginisiasi pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

Pengelolaan lingkungan tersebut mengacu pada Sustainable Development Goals di Indonesia.

Baca juga: Agar Mahasiswa Terbiasa Minum Air Putih

Beberapa program strategis dari berbagai Fakultas di UGM di antaranya seperti pengembangan mesin pengolah sampah plastik, pengelohan limbah di pasar buah menjadi biogas, pengembangan green energy, aktivitas budidaya melon ramah lingkungan, hingga inisiasi budaya pengurangan penggunaan plastik dalam kehidupan kampus.

Di akhir paparannya, Budi mengajak peserta AUN untuk berkolaborasi bersama dalam mengurangi nilai ecological value dan melaksanakan misi AUN-EEC ini sebaik mungkin.

Sebagai seorang peneliti sekaligus aktivis dibidang biologi, Budi mengarahkan agar setiap aktivitas manusia tidak semata diukur dalam kacamata antroposentris.

“Tetapi, perlu pemahaman lingkungan dan keseimbangan ekosistem di dalamnya agar semua dapat lestari,” pungkasnya. (Kinanthi)

ca juga: Ganjar Pranowo Ajak Alumni Berkontribusi Atasi Persoalan Negeri