Mengapa Bagian Selatan Pulau Jawa Sering Terjadi Gempa?

4294

Baca juga: Normal Baru adalah Jalan Keluar, Tetapi…

Di daerah itu, kata Gayatri, batuannya relatif bersifat plastis. Setelah mengalami deformasi, batuan plastis mudah kembali ke posisi awal.

“Hal ini yang mengakibatkan tidak terjadinya gempa susulan. Gempa dengan tipe seperti ini juga biasanya tidak menyebabkan tsunami,” ucap Gayatri.

“Sebab, tidak mengakibatkan perubahan dasar laut secara signifikan,” beber wanita yang lulus S1 dari Teknik Geologi UGM pada 2005 tersebut.

Menurut Gayatri, di selatan Pacitan juga sering terjadi gempa akibat sesar-sesar naik yang banyak dijumpai pada zona tumbukan lempeng.

Gempa-gempa ini biasanya terjadi di daerah yang di dalam istilah geologi disebut sebagai zona prisma akresi dan cekungan muka busur.

Baca juga: Strategi Dirjen Dikti Tangani Dampak Covid-19 di Sektor Pendidikan

Jika dilihat dari peta kedalaman bawah laut (batimetri), terlihat bahwa cekungan muka busur (berupa depresi di lepas pantai) di selatan Pacitan secara drastis menyempit dibandingkan dengan di selatan Yogyakarta.

Hal ini mengindikasikan bahwa di selatan Pacitan, ada tekanan yang lebih kuat.

Fenomena itu terjadi karena adanya morfologi tinggian (tonjolan) di dasar laut yang ikut terseret masuk ke zona subduksi di daerah ini, yang bisa diamati dengan baik dari data batimetri.

Adanya morfologi-morfologi tinggian ini menjadi ‘ganjalan’ dari proses subduksi yang terjadi sehingga menyebabkan pergerakan lempeng menjadi tertahan.

Energi yang tertahan ini kemudian dilepaskan melalui sentakan tiba-tiba yang ditandai oleh peristiwa gempa bumi.

Baca juga: Aksi Duo KAGAMA Gelanggang Bantu Petani yang Kesulitan akibat Covid-19