Tips Budidaya Sayur dari Pakar Vertikultur UGM

771

Baca juga: Strategi Bupati Willem Wandik untuk Menjaga Status Hijau Kabupaten Puncak

Unsur hara, kata Mulyono, sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan. Jangan lebih atau kurang, karena jika demikian tanaman akan mati.

Unsur esensial selanjutnya adalah faktor iklim. Tanaman membutuhkan radiasi matahari untuk tumbuh. Kemudian karbon dioksida, sebagai salah satu syarat penting terjadinya fotosintesis.

“Jadi budidaya sayuran yang disarankan lebih mengarah ke pertanian organik, dengan menggunakan pupuk kompos atau kandang, dan menghindari penggunaan pestisida,” jelas pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah itu.

Namun, pupuk organik yang paling cocok untuk tanaman sayur yaitu pupuk kandang. Paling baik dari kandang ayam, kemudian diikuti kandang kambing atau sapi.

Budidaya sayuran bisa dilakukan di desa maupun di kota. Tetapi, seperti yang kita ketahui, wilayah perkotaan semakin terbatas akan air dan lahan.

Baca juga: Naik 66 Peringkat, UGM Melesat ke Urutan 254 Dunia

Untuk itu Mulyono menganjurkan kegiatan penanaman menggunakan model pot, baik pot plastik, kaleng bekas, poly bag, dan yang terbaru ada planter bag.

“Ini tak perlu lahan sama sekali. Media tanam tersebut tinggal kita gantungkan di tembok, yang penting tembok bisa terkena sinar matahari,” jelasnya.

Model ini disebut dengan sistem pertanian vertikultur. Sistem ini memungkinkan masyarakat menanam sayuran di lahan sempit, dengan memanfaatkan bidang vertikal seperti tembok atau pipa paralon besar.

Media tanam ditata secara bertingkat. Dengan lahan vertikal, jumlah sayuran yang ditanam bisa banyak, sama seperti ketika menggunakan media tanah untuk menanam.

“Air juga lebih efisien mengalir ketika dialirkan secara vertikal. Selain itu, potensi untuk mendapatkan asupan sinar matahari juga lebih besar,” jelasnya.

Baca juga: Jika Perlu, Ada Simulasi New Normal