Andreas Maryoto: Kesadaran sebagai Manusia Penting dalam Penulisan Storytelling

1189

Baca juga: Tatanan Norma Baru Muncul Setelah Manusia Gagal sebagai Khalifah Bumi

Sebab, generasi terdahulu telah menggunakan metode ini untuk membuka perbincangan saat bekerja pada siang hari. Serta pada malam hari menjelang istirahat.

Bagi Andreas, teknik storytelling dapat menjembatani seseorang dalam menyampaikan maksud tertentu secara mengena. Termasuk dalam membuat suatu tulisan yang disajikan untuk pembaca.

“Inti dari storytelling adalah kita adalah manusia yang bisa merasakan segala emosi,” ujar Andreas.

“Karena itu, kita harus berpangkal di situ. Teknik penulisan storytelling itu sebenarnya mengingatkan bahwa kita ini adalah manusia.”

“Kesadaran bahwa kita manusia dalam menulis dibutuhkan agar tulisan kita bisa menghipnotis,” jelasnya.

Baca juga: Jika Tak Setuju New Normal, Silakan Tetap Tinggal di Rumah

Pria yang bekerja di Kompas sejak 1997 itu menyarankan, memberikan kesan humanis dalam tulisan bisa dilakukan dengan menghindari kalimat-kalimat klise. Itu seperti rajin pangkal pandai atau hemat pangkal kaya.

Menurut Andreas, jika sudah sadar seseorang adalah manusia, maka dia akan memperlihatkan sisi uniknya.

“Saat menjadi storyteller, kemukakanlah kita siapa. Sehingga pembaca bisa mengetahui keunikan kita, meskipun tanpa membaca nama kita,” ucap Andreas.

“Tinggalkan yang namanya kalimat klise. Sebagai penulis, kita harus merujuk fakta seperti apa yang ada di lapangan,” jelasnya.

Andreas lalu merujuk pada karya dari Pramoedya Ananta Toer, yakni Nyanyi Sunyi Seorang Bisu.

Baca juga: Langkah Didiek Bantu Ekonomi Masyarakat Balikpapan dengan Gerakan Urban Farming