Pemred Koran Tempo: Yang Membuat Kita Bisa Menulis Bukanlah Bakat



2713
Pemimpin Redaksi Koran Tempo alumnus UGM, Budi Setyarso, berbagi tips tentang membuat tulisan story telling yang menarik dalam KAGAMA Menulis V. Foto: Dok Pri
Pemimpin Redaksi Koran Tempo alumnus UGM, Budi Setyarso, berbagi tips tentang membuat tulisan story telling yang menarik dalam KAGAMA Menulis V. Foto: Dok Pri

KAGAMA.CO, JAKARTA – Pemimpin Redaksi Koran Tempo, Budi Setyarso, menyampaikan tips tentang bagaimana bercerita dengan tulisan. Menurutnya, bentuk tulisan ada dua macam yakni straigth news dan news feature.

Publik bisa mengetahui peristiwa yang terjadi dengan membaca straight news. Sementara news feature adalah cerita tentang latar belakang peristiwa atau kejadian.

Budi membabar hal tersebut dalam acara KAGAMA Menulis V bertajuk The Power of Storytelling: Kiat Menulis Storytelling yang Greget dan Menarik, secara daring pada Sabtu (6/6/2020).

Acara yang diikuti 380 peserta tersebut diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA).

Selain Budi, acara juga dihadiri Ketua II PP KAGAMA, Bambang Esti Marsono, Ketua VII, Sandya Yudda, Wakil Sekjen PP KAGAMA, Hasannudin M Kholil, dan Kordep Peningkatan Kompetensi Alumni, Aji Erlangga.

Selain itu hadir para narasumber Andreas Maryoto (Wartawan Kompas) dan Nursodik Gunarjo (penulis buku The Story of Gondes). Bertindak sebagai moderator Heri Prast dan Rokhmadi Antok, Anggota Pengurus Bidang Fasilitasi Alumni, PP KAGAMA.

Budi mencontohkan, news feature seperti tentang apa alasan di balik ketika seorang menteri diberhentikan. Apakah karena kinerja ataukah lantaran politik.

Baca juga: Sekarang adalah Waktu yang Baik bagi Pemula untuk Memulai Investasi



“Sebuah feature atau storytelling jika ditulis dengan baik akan menyentuh perasaan pembacanya. Jadi menulis news feature itu tak berbeda dengan bercerita,” tutur Budi.

“Kita perlu membuatnya enak dibaca dan perlu. Seperti halnya bercerita, tentu kita ingin teman-teman kita terikat dan mengetahui sampai detailnya,” jelas alumnus Fakultas Pertanian UGM ini.

Bagi Budi, storytelling tidak sekadar menyusun kalimat yang lengkap secara konten. Namun, juga enak dan menyentuh untuk pembaca.

Untuk itu, hal yang perlu diingat adalah kemampuan dalam menciptakan sebuah cerita dalam storytelling. Namun, dalam jurnalistik, cerita itu harus berdasarkan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara.

“Karena itu harus dilengkapi unsur 5W+1 H. Ini harus tetap ada,” kata Budi.

“Menurut saya unsur-unsur ini harus diterapkan. Meskipun tulisan kita tidak ada kaitannya dengan jurnalistik.”

“Hal itu untuk membuktikan bahwa tulisan-tulisan kita bukan mengarang,” jelasnya.

Baca juga: Kenangan Haru Ketua KAGAMA Lampung Saat Berebut Bangku di Kampus Ngasem