Tantangan Pengembangan Film Animasi Lokal di Kancah Internasional

400

Baca juga: Jika Tak Setuju New Normal, Silakan Tetap Tinggal di Rumah

Suyanto menuturkan, film animasi merupakan ide pengembangan industri kreatif yang menantang, terutama dari sisi pemasarannya.

Misalnya pola penceritaan film yang harus disesuaikan dengan selera pasar.

“Misalnya, dari segi pola penceritaan, bagaimana pola penceritaan bisa dinikmati semua orang. Tetapi tetap mengangkat kebudayaan lokal,” ujarnya.

Untuk itu, dirinya beberapa kali melakukan sebuah riset tentang pola penceritaan film animasi yang populer. Kemudian ditambah dengan pola cinematografi hollywood, supaya semakin “segar”.

Sembari melaksanakan riset itu, Suyanto juga membangun relasi dengan beberapa sineas film di luar negeri.

Baca juga: UGM Sarankan 3 Opsi Kebijakan di Era New Normal

Memasarkan film animasi, kata Suyanto, perlu strategi khusus. Selain memasarkan ke box office, strategi pemasaran juga bisa didukung lewat kebijakan pemerintah dan relasi.

Pihaknya berharap Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan bisa memberikan banyak perhatian pada industri kreatif.

“Sebetulnya kita nggak butuh uang. Dukungan lebih bagusnya dalam hal relasi. Misalnya, Kedubes RI bantu memasarkan film animasi.”

“Kalau saya alhamdulillah tahap ini sudah saya lewati. Tapi, coba kita lihat kawan-kawan lain masih kesulitan memasarkan film animasi,” ujarnya.

Sementara dari sisi dukungan kebijakan, Suyanto menyarankan agar dibuat kebijakan, mewajibkan setiap stasiun televisi menayangkan film animasi lokal.

“Nanti akan semakin banyak yang cari film animasi. Begitu sulit dicari, langka, maka harga film animasi semakin melambung,” tuturnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Ketua KAGAMA Batang Ini Pernah Jadi Saksi Patah Hati Teman KKN