Magelang, Tempat Penggemblengan Pejabat Tinggi Kerajaan Mataram

2938

Baca juga: Ganjar Harap KAGAMA Berikan Rekomendasi Penyelamatan Ekonomi Rakyat

“Semua biaya ditanggung oleh Kanjeng Ratu Wetan. Maklum beliau memiliki usaha mebel, ekspor impor kayu, pelayaran, semen, dan perahu,” ucap Purwadi.

“Boleh dikatakan Ratu Wetan adalah pengusaha sukses,” terang Dosen Fakultas Bahasa dan Sastra UNY tersebut.

Purwadi berkata, Kerajaan Mataram semakin arum kuncara (termahsyur) di bawah kepemimpinan Sinuwun Paku Buwono I (1708-1719).

Bersama dengan sang prameswari, Kanjeng Ratu Mas Balitar, Kerajaan Mataram, menyelenggarakan program wajib belajar.

Kala itu, Kraton sebagai pusat pemerintahan telah dipindahkan ke daerah Kartasura.

Baca juga: Direktur PT Danareksa Sekuritas Sebut UMKM Bisa Dapatkan Sumber Pembiayaan dari Pasar Modal

Karena kebijakan wajib belajar itulah Kerajaan Mataram Kartasura terkenal akan pengembangan ilmu pengetahuan.

Hal ini membuat status Magelang sebagai wilayah perdikan benar-benar istimewa di bawah kepemimpinan Sinuwun Paku Buwono.

Selain karena ragam sayur, buah, teh, dan kopi di sana yang memberikan kemakmuran di seluruh negeri.

“Magelang diberi nama Kebon Dalem yang membentang dari Potrobangsan hingga Banyumas,” ucap Purwadi.

Status Magelang akhirnya berganti pada 1818. Raja Kesultanan Surakarta, Sinuwun Paku Buwono IV, mengubahnya menjadi daerah administrasi pemerintahan. Yakni sebagai Ibu kota Karesidenan Kedu.

Sang Raja pun mengangkat Mas Ngabehi sebagai pimpinan daerah setelah mendapat gelar Kanjeng Raden Tumenggung Danuningrat. (Ts/-Th)

Baca juga: Jaka Tingkir adalah Tokoh di Balik Penamaan Kabupaten Magelang