Sosiolog UGM Sebut Covid-19 sebagai Penanda Kebangkitan Solidaritas Sosial

658

Baca juga: KBRI Praha Pimpinan Alumnus UGM Salurkan Logistik untuk WNI Terdampak Covid-19 di Ceko

Self-control merupakan langkah sederhana yang bisa dimulai dari diri sendiri,” tutur Fina.

“Yaitu sebagai individu untuk menahan diri dengan melakukan social distancing di tengah mewabahnya virus Corona,” sambung mahasiswi program Ph.D Australian National University ini.

Fina melihat bahwa self control, dalam hal ini social distancing, berdampak pada kepentingan kolektif. Terutama dalam memutus rantai penyebaran virus Corona.

“Upaya-upaya yang dilakukan secara bottom up dan tidak melibatkan tangan pemerintah dapat menjadi sebuah potret,” tutur Fina.

“Yakni potret yang mengindikasikan bahwa masyarakat kita mampu berdaya secara mandiri dengan membangun gerakan solidaritas sosial berskala lokal,” terangnya.

Arie Sujito memiliki pandangan lain terkait gerakan solidaritas sosial yang muncul.

Pria yang mengajar di Departemen Sosiologi UGM sejak 1999 ini menilai, upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat justru merupakan sebuah refleksi buat Pemerintah.

Baca juga: Aplikasi Siaga Mudik, Hasil Kolaborasi Pemprov Jateng, KAGAMA, SV UGM dan Mahasiswa

Mengingat, Pemerintah menduduki posisi sebagai penanggung jawab utama dalam sebuah pandemi.

“Solidaritas sosial dapat diidentifikasikan sebagai suatu upaya jangka pendek yang dilakukan masyarakat,” ujar Arie.

“Hal itu muncul karena ketidakhadiran Pemerintah dalam membantu masyarakat sampai di level lokal,” terang sosok kelahiran 1972 ini.

Menurut Arie, kekuatan yang dimiliki masyarakat ini harus dimaknai sebagai upaya strategis untuk memperkuat peran pemerintah yang perlu dievaluasi kembali.

Dia menggarisbawahi, penguatan peran pemerintah penting dilakukan dalam merespons tuntutan masyarakat di tengah krisis Covid-19. (Ts/-Th)

Baca juga: Berbagai Curahan Perasaan Mahasiswa Farmasi UGM Setelah Jalani Kuliah Daring