Ada Campur Tangan Gerakan Keagamaan Radikal di Balik Kemerdekaan Indonesia

907

Baca juga: KAGAMA Tolitoli Gerak Cepat Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Kebakaran Tolitoli

“Bahkan sebelum gerakan-gerakan nasionalis berkembang, (inilah) yang mampu mengerakkan ribuan petani desa melawan Belanda,” lanjutnya.

Secara sederhana, Ronald memandang, kata radikal harus dihubungkan pada siapa yang memakai dan kepada siapa dialamatkan.

Dalam hal ini, menurutnya, kata kafir yang disematkan gerakan keagamaan kepada Belanda lebih tepat bermakna zalim atau tiran. 

Sementara itu, radikal kemudian tidak lagi digunakan Belanda untuk menyebut sekelompok gerakan keagamaan.

Baca juga: Cepat dan Detail, Presiden Jokowi Puji Pengerjaan Bandara YIA

Namun, seluruh gerakan yang memperjuangakan kemerdekaan.

“Banyak gereja Kristen Jawa yang perlahan melepaskan diri dari kolonial Belanda dan turut bergabung dengan gerakan nasionalis,” tulis Ronald.

“Pada waktu itu, jelas, ‘radikal’ bukanlah antonim nasionalisme.

Orang-orang ‘radikal’ justru menjadi para pengobar nasionalisme,” pungkas mahasiswa Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah Pascasarjana UGM ini. (Tsalis/ ed. Taufiq)

Baca juga: Pengalaman Prof. Endang S. Rahayu di Jepang yang Berujung Pertemanan Tak Berkesudahan