Bentuk Bumi Bulat atau Datar? Berikut Pernyataan Praktisi, Agamawan dan Akademisi

5705

Baca juga: Ganjar Pranowo Raih Penghargaan Usai Genjot UMKM Jateng Melalui KUR

“Logika seperti itu (bumi datar), bisa menenggelamkan jutaan orang, ya karena lemahnya ilmu pengetahuan yang dibilang jalan sunyi,” katanya dalam rilis Kompas (1/2/2018).

Sugeng menilai, dengan aktivitas sehari-hari dan fenomenan alam saja manusia bisa membuktikan bahwa bumi itu bulat.

“Kalau susah ke Gunung Bromo, lihat saja matahari terbit. Dipotret saja pake sembarang kamera. Saat matahari di tengah, dipotret. Saat terbenam dipotret lagi,” kata AR Sugeng.

“Itu ukurannya tetap. Maka, teori bahwa matahari itu tidak terbit dan hanya menjauh-mendekat sudah runtuh,” jelasnya.

Adapun di kalangan akademisi, dosen Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, Ir. Djoko Luknanto, M.Sc., Ph.D, juga terlecut untuk memberikan komentar.

Baca juga: Hasto Wardoyo Persembahkan UGM Award untuk Rakyat Kulonprogo

Dalam blog pribadinya, dia menulis, “Saya tidak menyangka kalau topik mudah antara lain: (1) Bumi Itu Datar, (2) Konspirasi Pendaratan NASA di Bulan, (3) Bumi Pusat Edar Jagad Raya, ternyata sampai sekarang masih ada yang percaya!”

“Apalagi dengan adanya media sosial, semakin banyak orang aneh yang mengikutinya,” terang Djoko.

Pria yang meraih gelar doktor di University of Lowa, AS, ini mengaku ingin menyadarkan orang-orang yang terjerumus dengan pemikiran keliru dengan membagikan referensi koleksinya via blog.

“Dahulu koleksi tersebut hanya saya kumpulkan secara luring (luar jaringan, offline) untuk keperluan sendiri,” ujar Djoko.

“Tampaknya harus Saya daring (dalam jaringan, online)-kan agar orang-orang anah yang sekadar anut grubyug (ikut-ikutan, tanpa tahu apa-apa) dapat kembali ke jalan yang lurus,” sambungnya.

Baca juga: Arti Anugerah HB IX Award 2019 yang Diterima Jusuf Kalla pada Dies Natalis ke-70 UGM

Di sisi lain, fenomena perdebatan bentuk bumi menunjukkan bahwa tidak selamanya kaum ilmu pengetahuan tidak sejalan dengan agama.

Sebab seorang pakar menyebut, sains dan agama memang dua entitas berbeda.

Yakni sebagai sumber pengetahuan dan sumber nilai bagi kehidupan manusia.

Akan tetapi, secara historis keduanya pernah melakukan upaya konsolidatif dan menjadi sumber inspirasi.

Oleh karena itu, agama dan sains dianggap punya peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran manusia.

Pernyataan tersebut dinukil dari Jurnal Filsafat UGM berjudul Agama dan Sains: Sebuah Kajian tentang Relasi dan Metodologi.

Studi literatur tersebut ditulis oleh Syarif Hidayatullah dan dipublikasikan pada 2019. (Tsalis)

Baca juga: Nama Didi Kempot Kembali Bergema dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-70 UGM