Rimbawan KAGAMA Sebut Kerusakan Hutan di Indonesia Bukan Hanya karena Korporasi

854

Baca juga: Suka Meneliti, Aurelia Virgita Jadi Lulusan Terbaik Magister Psikologi UGM

Ada pungutan-pungutan liar di setiap tahapan tersebut.

Hal itu membuat pembengkakan biaya usaha.

Belum lagi gejala deforestasi dan degradasi hutan yang tidak terkendali.

“Baik korporasi, pemerintah terkait, aparat keamanan, pemerintah daerah sampai di tingkat paling bawah dan masyarakat sudah seharusnya ikut bertanggung jawab.

Mitos Hutan Alam Perawan

Pria kelahiran Yogyakarta ini juga menilai, hutan alam perawan yang seakan diharamkan untuk ditebang habis di areal hutan produksi adalah anggapan keliru.

Transtoto memandang, seharusnya hutan alam produksi harus ditebang habis.

Namun, yang menjadi catatannya, segala pertimbangan mesti diperhatikan.

Hal itu sepert tata ruang, kondisi biodiversitas, pertimbangan kontinuitas produksi kayu, serta replacing keseimbangan lingkungan yang tidak merusak.

Dengan cara seperti itu, menurut Transtoto, akan menciptakan kondisi “un-even forests” menjadi “even forests” yang diperlukan untuk membuat perencanaan usaha yang tepat.

Baca juga: Dua Dubes Alumni UGM Menikmati Suasana Malam Jogja, Ngopi Bareng di Loko Coffee