Perspektif Linguis Sastra Indonesia UGM soal Kata Anjay

812

Baca juga: Almarhum Prof. Hartono di Mata Kolega: Tegas, Amanah, dan Senang Berbagi

“Karena makna ada dalam pikiran, makna kata yang sama bisa berbeda antara orang per orang, tergantung pada pengalamannya,” ucap Suhandono.

“Demikian pula tentang kata ’anjay’,  orang bisa memaknainya berbeda-beda. Jika mereka belum tahu dan kemudian diberi penjelasan apa arti kata anjay, mungkin mereka akan menerima penjelasan itu,” terangnya.

Suhandano menambahkan, meskipun belum tahu, orang bisa mengira-ira makna kata berdasarkan pengalamannya.

Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, selalu ada kata yang diplesetkan pengucapannya.

Seperti kata anjay, yang bisa jadi ditafsirkan oleh orang-orang sebagai plesetan dari kata anjing.

Baca juga: Aksi Solidaritas KAGAMA Balikpapan untuk Tenaga Non Kesehatan Rumah Sakit

Sehingga, menurut Suhandano, kata anjing jadi bermakna jelek jika digunakan untuk memaki.

“Kata anjing dalam makian memiliki makna jelek karena dalam budaya Indonesia anjing dikonotasikan seperti najis, kotor, dan rakus,” tutur Suhandano.

“Sementara dalam makian, orang terkadang memplesetkan kata itu karena tidak sampai hati mengucapkan apa adanya sebab akan terkesan vulgar.”

“Demikian juga makian ‘asem’ dan ‘bajigur’ dalam masyarakat Jawa. Misalnya, maksudnya tentu bukan buah asam dan jenis minuman tentunya,” terangnya.

Baca juga: Pesan Dokter RSA UGM bagi Orang Yang Melakukan Karantina Mandiri di Rumah