Nostalgia Ospek UGM Era 90-an, Tugas-tugas yang Aneh dan Penuh Kode

4015

Lebih Menantang

Selain itu, dikatakan oleh Rika, ospek zaman dulu lebih menantang, karena tidak ada alat komunikasi yang canggih.

“Sekarang mau kenalan dengan teman-teman baru sudah bisa lewat media sosial. Dulu kami pertama kali kenalan ya pas ospek itu. Mendadak kami harus saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas,” ungkap Rika.

Di samping itu, belum banyak juga mahasiswa yang mempunyai kendaraan pribadi, sehingga mahasiswa harus menggunakan angkutan umum, khususnya ketika mereka sedang mencari atribut ospek.

Rika mengatakan toko yang menjual atribut tersebut juga tidak sebanyak zaman sekarang.

Ada lagi tantangan saat mengerjakan tugas paper atau esai.

Baca juga: Begini Perjuangan Gamada Sampai Bisa Masuk UGM

Mahasiswa saat ini sudah dimudahkan dengan internet dan komputer.

Dikisahkan oleh Rika, waktu itu hanya ada mesin ketik. Itu pun tidak semua mahasiswa punya.

Untuk menggunakan mesin ketik, Rika harus bergantian dengan temannya, atau membeli mesin ketik bekas jika sudah terdesak.

Penugasan yang Kompleks

Kesan lain yang tak terlupakan oleh para alumni yaitu pengerjaan tugas yang bersifat non akademik.

Diceritakan oleh Ampuni, mahasiswa pada saat ospek sering mendapat tugas yang rumit dan penuh ‘kode’.

“Suruh bawa kacang hijau jumlahnya 99 sepertiga butir. Terus suruh bawa yang aneh-aneh juga, misalnya kaus kaki sebelah kiri dan kanan warnanya harus beda. Nah itu, nyarinya itu lho susah. Co-card juga bikin sendiri,” ungkap perempuan berusia 45 tahun itu.

Sependapat dengan Rika dan Widy, Ampuni menjalaninya dengan santai.

“Dulu juga sering dikerjain gitu. Tetapi, kalau sekarang diingat ya fun-fun aja,” pungkas Ampuni.

Namun demikian, kata Rika, dibandingkan dengan dulu, mahasiswa baru sekarang tidak mengenal banyak kakak tingkatnya.

“Sekarang mahasiswa baru hanya kenal kakak angkatan yang satu atau dua tahun di atasnya. Kalau dulu angkatan saya kenal dengan kakak angkatan yang usianya jauh. Dulu kakak angkatan yang jadi pemandu ospek saya angkatan 1986,” ungkap Rika.

Dinamis, Tapi Tetap Satu Tujuan

Bagi Widy, apa pun bentuk kegiatannya, dibilang lebih mudah atau lebih sulit, harus bisa memberikan pelajaran dan hikmah.

“Apapun bentuknya, ada tujuan semestinya adalah sebagai sarana yang mencerdaskan,” pungkas pria kelahiran 41 tahun lalu itu.

Widy menambahkan, setiap kegiatan ospek pastinya baik jika memliki tujuan yang positif, serta sudah disepakati bersama tanpa paksaan.

Menurutnya, ospek mahasiswa angkatan 90-an jika dibandingkan dengan sekarang, semua sama baiknya. Meskipun terdapat pergeseran nilai dan budaya.

“Saya setuju saja dengan sistem sekarang. Namun, tantangannya juga banyak. Meskipun terbilang lebih mudah, harapannya mahasiswa tidak menyepelekan. Jangan menjadi mahasiswa yang selalu diladeni. Kita ingin mencetak lulusan yang bisa melayani masyarakat,” pungkasnya.

Baca juga: Presiden Jokowi Dijadwalkan Hadiri Munas Kagama 2019

Setiap zaman mempunyai konteks berbeda. Menurut Widy, mahasiswa bisa dengan nyaman mengikuti kegiatan ospek dipengaruhi kultur pada zaman itu dan kondisi setiap mahasiswanya.

Tetapi, yang jelas setiap kegiatan harus memberi makna. Setiap pembelajaran yang ada, maknanya bisa tersampaikan dengan baik ke mahasiswa.

Di samping itu, Widy berharap mahasiswa sekarang bisa lebih tangguh dari mahasiswa zaman dulu.

Kegiatan ospek mungkin beda-beda bentuknya, tetapi sejak dulu tanggung jawab, kedisiplinan, dan kerja keras adalah wajib. (Kinanthi)

Baca juga: Reuni Gama Band Era 80-an