Kisah Kerbau Vaksin Dokter Sardjito Menembus Perang Revolusi Kemerdekaan

2503
Saat pasukan Sekutu menggempur Bandung, Sardjito 'menyelundupkan' vaksin di dalam kerbau. Dia membawanya dari Klaten ke Yogyakarta. Foto: Biofarma
Saat pasukan Sekutu menggempur Bandung, Sardjito 'menyelundupkan' vaksin di dalam kerbau. Dia membawanya dari Klaten ke Yogyakarta. Foto: Biofarma

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Proklamasi kemerdekaan baru saja dikumandangkan.

Sesuai amanat sang proklamator, pemindahan kekuasaan harus dilakukan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Salah satu lembaga pendidikan di bidang kesehatan, Instituut Pasteur Bandung pun berhasil diambil dari tangan Jepang pada 1 September 1945.

Menteri Kesehatan RI yang pertama, Dr. Boentaran menunjuk Prof. Dr. M. Sardjito untuk memimpin lembaga penting ini.

Hal ini sekaligus membuat Sardjito sebagai orang Indonesia pertama yang memimpin Instituut Pasteur.

Prof. Dr. M. Sardjito. Foto: Arsip UGM
Prof. Dr. M. Sardjito. Foto: Arsip UGM

Baca juga: Via Vallen Bakal Menggoyang Munas XIII KAGAMA di Bali

Selanjutnya, Sardjito yang sebelumnya menjadi Kepala Laboratorium Kesehatan di Semarang ini juga diminta oleh Kepala Jawatan Kesehatan Kotapraja Bandung, Dr. Djundjunan untuk menjadi Ketua Palang Merah Bandung.

Melalui lembaga itulah, sosok bersahaja kelahiran Purwodadi, 13 Agustus 1889 ini berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Situasi Bandung kala itu boleh jadi sangat mencekam. Pada 13 Oktober sekutu berhasil menduduki Bandung.

Hal ini mengancam keamanan Instituut Pasteur. Pasalnya, para dokter yang bekerja di Rumah Sakit Juliana kerap berinteraksi dengan sekutu. Letaknya persis di sebelah barat Instituut Pasteur.

Bentrok senjata antara para pejuang dengan Sekutu pun terjadi.

Baca juga: Wayang Melakonkan Identitas Diri Penggemarnya