19 Tahun Jadi Jurnalis, Alumnus Sosiologi UGM Ini Merasa Terbantu dengan Ilmunya Selama Kuliah

1198

Baca juga: Langkah Menteri Airlangga Dorong UMKM untuk Pulihkan Ekonomi Nasional

Luki yang telah meraih gelar sarjananya pada tahun 2000, memilih untuk berkarier sebagai jurnalis di Harian Kompas sejak tahun 2001.

Luki bercerita, jelang akhir masa kuliahnya dia mencoba meresapi pesan ayahnya yang ingin sang putri bekerja di bidang yang dia sukai.

Ayah Luki merupakan dosen FISIPOL UGM, Prof. Dr. Mohtar Mas’oed, yang telah pensiun beberapa waktu lalu.

“Sejak kecil saya lihat bapak kerjanya enak, ke mana-mana tapi dibayar. Tapi saya nggak bisa jadi dosen, karena saya nggak pintar.”

“Terus saya mikir, kira-kira pekerjaan apa yang bisa bawa saya ke mana-mana dan bertemu banyak orang selain jadi dosen?” ujarnya.

Baca juga: Strategi Wabup Banyumas Antisipasi Kekeringan Saat Musim Kemarau

Dia pun memutuskan berkarier sebagai jurnalis. Sejak dulu dia berpikir, menjadi seorang jurnalis tidak harus belajar di jurusan Ilmu Komunikasi.

Sebagai alumnus Sosiologi, Luki tidak ingin proses belajarnya hanya berhenti di kegiatan penelitian.

Seorang alumnus Sosiologi, bagi Luki, memiliki kemampuan menganalisis persoalan di masyarakat.

Menjadi jurnalis merupakan tempat yang tepat baginya mengembangkan kemampuan mengupas persoalan masyarakat lebih dalam.

“Misalnya dengan latar belakang sosiologi politik. Kita bisa mencermati fenomena Pilpres kemarin. Kenapa sampai ada keributan karena mendukung satu orang. Kenapa bisa sampai banyak berita hoaks, dan sebagainya,” ungkapnya.

Baca juga: Mbah Soma, Sosok di Balik Logo KAGAMA Canthelan Itu Kini Telah Tiada