Jumat, 28 Juni 2024 | 11:01 WIB

Kutukan Sumber Daya Alam Makin Dekat

Menyerempet Bahaya

Bung Karno yang hari lahirnya kita ingat betul, sehari setelah Hari Lingkungan Sedunia, pada 1964 memberi judul pidato tahunannya yang selalu terkenal, ”Tavip”, Tahun Vivere pericoloso.

Beliau memilih sebuah frasa bahasa Italia yang artinya ”hidup yang dekat berbahaya” atau ”hidup menyerempet bahaya”. Meski konteksnya berbeda, ternyata tahun 1965 terjadi G30S/PKI yang berujung pada berakhirnya pemerintahan Orde Lama.

Sambil terus mendoakan yang terbaik untuk pemerintahan baru yang akan dibentuk, para penggawa negara tidak perlu segan atau malu melakukan koreksi.

Mereka perlu berdialog dengan masyarakat luas sebelum menyesal. Keuntungan triliunan rupiah dari penambangan perut bumi pertiwi tidak akan seimbang dengan biaya pemulihan kerusakan.

Belum lagi korban jiwa yang melayang percuma. Terlebih berkah generasi mendatang yang sudah kita habiskan sekarang saat kita belum bisa bertanggung jawab untuk mereka.

Tak pelak lagi, Ben Smith dan David Waldner selanjutnya juga mengungkap bahwa kutukan sumber daya adalah kutukan politik sumber daya. Pemanfaatan SDA yang kelihatannya demokratis terkait dengan agenda politik tertentu.

Dengan kata lain, format bagi-bagi lewat PP Nomor 25/2024 perlu dicermati motivasinya. Apa yang salah dengan penyertaan dana swasta lewat corporate social responsibility (CSR)?

Sambil menghindari pencemaran lembaga keagamaan, CSR bisa dievaluasi dan disempurnakan penggunaannya untuk kemaslahatan umat sesuai marwah lembaga keagamaan.

Generasi muda, termasuk generasi muda keagamaan, harus tetap kritis dan pintar (smart) meski tak harus menjadi kaya secara mendadak atau instan.

Orangtua harus mempersiapkan mereka dengan penuh tanggung jawab. Tidak membelenggu mereka. Masa depan mereka yang sangat kompetitif tidak tertambat di belakang.

Apalagi, interes politik generasi saat ini. Tentu saja, janganlah kita mengucapkan kutuk. Tapi, juga janganlah kita kena kutuk SDA yang makin dekat dan kuat. Mari bertobat. (*)

Daniel Murdiyarso, Guru Besar IPB University dan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia


KAGAMA EDISI CETAK

BACA JUGA

BERITA TERKAIT

JOGJANESIA