Transtoto: Hutan Tetap Rusak Bila Politik Uang yang Diutamakan

326
Dr. Transtoto Handadhari menilai, kurangnya perhatian masyarakat bahkan para pemimpin terhadap kelestarian fungsi hutan menjadikan para penguasa politik kekurangan empati serta kurang fokus membela hutan beserta ekosistemnya. Foto: Dok. Pribadi
Dr. Transtoto Handadhari menilai, kurangnya perhatian masyarakat bahkan para pemimpin terhadap kelestarian fungsi hutan menjadikan para penguasa politik kekurangan empati serta kurang fokus membela hutan beserta ekosistemnya. Foto: Dok. Pribadi

KAGAMA.CO, JAKARTA – Praktik perdagangan uang dalam berpolitik nampaknya masih mendominasi pemikiran masyarakat umum di negeri ini.

Dr. Transtoto Handadhari, rimbawan senior Kagama, yang bertekad memasuki dunia politik untuk mengimbangi kekuatan yang membiarkan hutan rusak mengeluhkannya kepada Kagama

Pria usia kepala 7 pasca pemuda (FAO) yang biasanya bersemangat, dikenal sebagai patriot rimbawan sejak muda dan telah mendeklarasikan Gerakan Budaya No Cheating Indonesia (Bandung, 2013), serta mendeklarasikan kembali: “Memuliakan hutan sepenuh hati tanpa kecurangan” (preserving the whole forest heartedly without cheating) pada tanggal 22 Fabruari 2022 di Gunung Kidul, kelihatan lesu kecewa.

“Kalau praktik memilih wakil rakyat harus dengan membeli suara rakyat terus bagaimana kualitas pemimpin yang dihasilkan?” tanya Dirut Perum Perhutani yang juga bakal calon legislatif (Bacaleg) DPR RI dari Partai Perindo, pemegang Award Pejabat Negara yang Bebas Korupsi dan Anti KKN di peringatan Hari Anti Korupsi tahun 2007 itu.

Baca juga: Konsep Belanda, Jawa Jadi Hutan Lindung Semua

“Investasi sosial dengan membangun hutan serta kesejahteraan masyarakat desa hutan, maupun pembangunan manusia yang jujur seakan lenyap tanpa bekas apabila tidak mau mengikuti praktik money politics dalam berdemokrasi.”

“Lalu bagaimana nasib hutan kita yang sudah banyak rusak itu. Siapa yang mau berjuang untuk menyelamatkannya melalui legislatif dan eksekutif?” tanya Transtoto, Senin (2/4/2023).

Transtoto tetap optimistis bahwa masih banyak orang-orang yang baik di Indonesia. Kuncinya adalah ada pemimpin panutan yang jujur, mengikuti kebenaran keilmuan serta disiplin berdasarkan peraturan.

“Kebesaran bangsa yang semakin maju ini perlu terus menerus mengangkat martabatnya dengan menjadi bangsa perwira, tidak nista. Yah semua terserah manusianya juga …,” pungkasnya sedih. (*)